Monday, 31 January 2011

Beberapa Atsar Ulama Salaf Dalam Menentang Para Penyelisih Sunnah

Berkata pula Sahl At-Tustari sebagaimana yang disebutkan Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr dalam "hami bayanil 'ilmi" (2/1085):

"tidaklah seseorang membuat sesuatu yang baru dalam ilmu melainkan dia akan ditanya tentangnya pada hari kiamat,jika mencocoki sunnah maka dia selamat,dan jika tidak maka celaka."

Berkata pula Imam Utsman bin Sa'id Ad-Darimi rahimahullah:
العلم ليس هو بكثرة الرواية، ولكنه نور يقذفه الله في القلب، وشرطه الاتباع، والفرار من الهوى والابتداع
.

"sesungguhnya ilmu bukanlah dengan banyak riwayat,namun cahaya yang Allah hunjamkan kedalam hati,syaratya adalah: mengikuti (sunnah), dan menjauhi hawa nafsu dan bid'ah."

(Siyaru a'laam an-nubala:13/323)

Berkata Al-Hafizh Ibnu Qudamah rahimahullah dalam dzammut ta'wil (38):

"Beliau –Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam- berada diatas halan yang lurus, maka orang yang mengikuti jalannya pasti berada diatas jalan yang lurus ,maka wajib mengikutinya dan berhenti pada sesuatu yang Beliau berhenti padanya, dan diam dari sesuatu yang Beliau diam darinya."


Apakah yang dimaksud jalan yang lurus -wahai saudaraku sekalian- yang senantiasa diminta oleh setiap yang shalat pada setiap raka'atnya baik yang wajib maupun yang sunnah agar Allah membimbingnya ke arah sana?

Ungkapan para ulama dalam menjelaskan maknanya berdekatan,[1]

Telah dikeluarkan Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya (1/75) dengan sanad yang hasan, bahwa Hamzah bin Mughirah berkata: aku bertanya kepada Abul Aliyah –seorang tabi'I yang mulia- tentang firman Allah Ta'ala:

(
اهدنا الصراط المستقيم
)

"tunjukilah kami jalan yang lurus."

Beliau menjawab: itu daalah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan dua sahabatnya setelah meninggalnya: Abu Bakar dan Umar.

Lalu akupun mendatangi Hasan (Al-Bashri) dan kau kabarkan tentang hal ini? Beliau menjawab: Beliau telah benar dan telah menasehati."

Berkata Syaikhul Islam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam "zaadul ma'aad" (1/69-70):

"dari sinilah engkau mengetahui kebutuhan seorang hamba melebihi kebutuhan lainnya adalah mengenal Rasul Shallallahu alaihi wasallam dan apa yang beliau bawa, dan membenarkannya terhadap setiap apa yang Beliau kabarkan, dan mentaatinya terhadap setiap yang Beliau perintahkan, sebab tidak ada jalan menuju kebahagiaan baik di dunia maupun diakhirat, kecuali melalui tangan para rasul.

Tidak ada jalan untuk mengetahui yang baik dan buruk secara rinci kecuali melalui mereka,tidak ada hidayah melainkan petunjuk mereka dan apa yang mereka bawa, mereka adalah timbangan yang benar yang mana setia ucapan,amalan, dan akhlak ditimbangan dengannya.Dengan mengikuti mereka akan terpisahkan antara orang yang mendapatkan hidayah dan orang yang sesat.

Kebutuhan terhadap mereka lebih dari sekedar kebutuhan jasad terhadap ruhnya, kebutuhan mata terhadap cahayanya, kebutuhan ruh terhadap kehidupannya, kebutuhan apa saja yang diwajibkan bagi seorang hamba, maka kbutuhannya terhadap para rasul melebihi semuanya ….."

Hingga beliau berkata: jika kebahagiaan seorang hamba didua negeri (dunia dan kahirat) tergantung pada bimbingan Nabi Shallallahu alaihi wasallam,maka wajib atas setiap ayng menasehati dirinya dan senang akan keselamatan dan kebahagiannya, agarhendaknya dia mengenal petunjuk sejarah dan perjalanan Beliau shallallahu alaihi wasallam ,yang dengannya mengeluarkan seseorang dari tingkat kejahilan,dan memasukkan kedalam kelompok para pengikut dan pendukungnya. Manusia dalam hal ini ada yang mengmabil bagian yang banyak dan ada pula yang sedikit, ada yang tidak megambil bagiannya, dan semua keutamaan hanya ditangan Allah Azza wajalla, Allah berikan kepada siapa yang dia kehendaki, dan Allah yang memiliki keutamaan yang agung."

(haqqun nabiy,Syaikh Al-Bukhari:32-34)



Alih Bahasa : AL-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal

[1] Lihat ucapan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya (3/29-30)

(Sumber :
 http://www.salafybpp.com/index.php?option=com_content&view=article&id=65:beberapa-atsar-ulama-salaf-dalam-menentang-para-penyelisih-sunnah-&catid=30:manhaj-salaf&Itemid=18)

***Artikel: Ummu Zakaria***

Related Post :

0 komentar:

Post a Comment