Ada yang menuturkan bahwa dia suatu hari membaca al Qur’an di dekat Syeikh Ibnu Baz dan bacaannya keliru. Mendengar hal tersebut, beliau berkata, “Bukan demikian, perbaiki bacaan al Qur’anmu”. Lalu beliau sendiri yang mengoreksi bacaan orang tersebut. Setelah itu beliau berpesan, “Simakkan bacaan al Qur’anmu pada seorang guru al Qur’an sehingga engkau bisa memperbaiki bacaanmu. Jangan terus menerus seperti ini”.
Suatu hari Syeikh Ibnu Baz berkata kepada orang yang ada di dekatnya, “Apakah engkau rutin membaca al Qur’an dengan target tertentu setiap harinya?”. Orang tersebut berkata, “Aku tidak rutin membaca membaca al Qur’an. Kadang aku membaca dan sekali membaca langsung dengan kadar yang banyak”. Ibnu Baz berkata, “Jangan demikian. Rutinkan membaca al Qur’an. Bukankah jika dalam sehari engkau membaca sebanyak satu juz maka dalam sebulan engkau bisa mengkhatamkan al Qur’an?!. Tiap hari engkau harus punya target yang jelas. Jangan sekedar asal-asalan”.
Teladan dalam Kedermawanan
Kehidupan Syeikh Ibnu Baz itu penuh dengan keteladanan dalam kedermawanan. Inilah sifat menonjol yang ada pada diri beliau. Beliau adalah seorang yang dermawan sejak belia dan terus dermawan hingga beliau meninggal dunia.
Muhammad bin Baz, kakak beliau, bercerita bahwa saudara kandungnya yaitu Syeikh Abdul Aziz bin Baz dulu ketika kecil suka meminta kepada ibunya tambahan porsi makan siang dan makan malam kemudian dibagikan kepada teman-teman ngajinya.
Muhammad bin Baz, kakak beliau, bercerita bahwa saudara kandungnya yaitu Syeikh Abdul Aziz bin Baz dulu ketika kecil suka meminta kepada ibunya tambahan porsi makan siang dan makan malam kemudian dibagikan kepada teman-teman ngajinya.
Karena hal ini, sang kakak pernah menegur adiknya, “Mengapa kau lakukan hal ini terus menerus? Engkau selalu meminta tambahan porsi makan siang dan makan malam kepada ibu. Sedangkan engkau sendiri tahu keadaan ekonomi kita yang pas-pasan bahkan serba kekurangan?!”.
Jawaban Ibnu Baz ketika itu, “Sesungguhnya Allah itu maha pemurah. Allah pasti akan melapangkan rizkiNya untuk kita”.
Ada seorang yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Syeikh Ibnu Baz bernama Saad bin Husain. Saat ini sepuluh tahun lebih tua dibandingkan Ibnu Baz. Saad berkata, “Dulu Syeikh Ibnu Baz mengikuti kajian Syeikh Muhammad bin Ibrahim. Sepulang dari pengajian, di jalan beliau mengajak semua orang yang beliau temui baik itu teman kajian, orang yang tidak dikenal, ataupun fakir miskin untuk mampir ke rumah beliau. Apa yang ada di rumah, beliau suguhkan kepada mereka semua. Inilah yang beliau lakukan di awal-awal menuntut ilmu”.
Seringkali beliau mengambil gaji bulan depan untuk bisa membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Tidak ada satu pun permasalahan melainkan beliau berupaya untuk membantunya.
Tidak ada satu pun permasalahan melainkan beliau berupaya untuk membantunya.
Ada seorang perempuan yang berkirim surat kepada beliau. Isinya perempuan ini bercerita bahwa dia adalah seorang perempuan yang memiliki cacat fisik. Karena tidak ada seorang pun yang berminat untuk menikahinya. Lalu perempuan ini meminta bantuan agar bisa membeli rumah. Dengan pertimbangan seorang perempuan yang memiliki rumah sendiri kemungkinan besar akan ada lelaki yang mau menikahinya karena rumah yang dia miliki.
Setelah surat tersebut dibacakan kepada beliau, beliau berkata, “Tidak masalah”. Beliau lantas meminta sekretaris beliau untuk mengirimkan lebih dari 400 ribu real guna membelikan rumah untuk perempuan tersebut dengan tujuan agar bisa segera menikah.
Ada seorang di Filipina yang masuk Islam. Setelah masuk Islam, masyarakat di sekelilingnya mengintimidasinya. Bahkan rumahnya pun dirobohkan. Akhirnya orang ini berkirim surat kepada Syeikh Ibnu Baz. Dalam suratnya, orang ini berkata, “Sungguh aku tidak mengetahui di dunia ini orang yang bisa kukirimi surat melainkan dirimu”. Syeikh pun membalas surat tersebut. Di samping itu beliau kirimkan uang sejumlah sepuluh ribu real untuk membantu orang tersebut membangun rumah.
Suatu ketika sopir pribadi beliau, Syahin Abdurrahman dan juru masak beliau, Nashir Ahmad Kholifah bercerita bahwa suatu ketika Syeikh Ibnu Baz pergi ke tempat kediaman beliau di Mekkah. Beliau masuk rumah pada saat waktu makan malam namun beliau tidak mendengar suara orang-orang yang biasa datang ke rumah beliau untuk makan siang dan makan malam.
Beliau bertanya kepada salah seorang yang menemani beliau, “Mengapa hari ini, tidak ada orang-orang yang datang? Aku tidak mendengar suara mereka?”.
Orang yang ditanya menjawab, “Satpam melarang mereka”. Mendengar hal tersebut, beliau marah dan melarang satpam melakukan hal. Beliau perintahkan satpam agar mempersilahkan semua orang yang ada untuk makan malam di rumah beliau
Beliau bertanya kepada salah seorang yang menemani beliau, “Mengapa hari ini, tidak ada orang-orang yang datang? Aku tidak mendengar suara mereka?”.
Orang yang ditanya menjawab, “Satpam melarang mereka”. Mendengar hal tersebut, beliau marah dan melarang satpam melakukan hal. Beliau perintahkan satpam agar mempersilahkan semua orang yang ada untuk makan malam di rumah beliau
Suatu ketika ada orang yang datang ke kantor mufti dan mengucapkan salam kepada Syeikh Ibnu Baz. Orang tersebut adalah orang afrika yang tidak dikenal identitasnya. Ibnu Baz berkata kepadanya, “Engkau bisa tinggal bersama kami. Engkau jadi tamu kami”.
Beliau tampak ceria dan menyambut orang tersebut lalu beliau minta gaharu atau cendana untuk mewangikan ruangan sebagaiman kebiasaan beliau ketika ada tamu.
Orang tersebut berkata, “Kami ingin singgah di tempat anda”. Jawaban beliau, “Silahkan, silahkan”.
Orang tersebut berkata, “Ya Syeikh, hari ini kami bisa makan siang bersamamu?”. Jawaban beliau, “Silahkan, hari ini bahkan meski setiap hari”.
[Disarikan dari Ma’alim Tarbawiyyah min Sirah al Imam Abdul Aziz bin Baz karya Muhammad ad Duhaim hal 10-11]***Artikel: Ummu Zakaria***
Beliau tampak ceria dan menyambut orang tersebut lalu beliau minta gaharu atau cendana untuk mewangikan ruangan sebagaiman kebiasaan beliau ketika ada tamu.
Orang tersebut berkata, “Kami ingin singgah di tempat anda”. Jawaban beliau, “Silahkan, silahkan”.
Orang tersebut berkata, “Ya Syeikh, hari ini kami bisa makan siang bersamamu?”. Jawaban beliau, “Silahkan, hari ini bahkan meski setiap hari”.
Related Post :
KISAH
- Sebuah Ruang Berdindingkan Ketenangan
- Nasihat Salamah bin Dinar kepada Khalifah
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal Tauladan dalam Semangat dan Kesabaran
- Kisah Cinta Tak Sampai Mughits kepada Barirah
- Tahukah Anda Siapa Pembunuh Amirul Mu'minin 'Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu ?
- Sebuah Kisah Nyata tentang Kekuatan Do'a
- Cinta Itu Tidak Mengenal Usia
- Love Story
- Kisah-kisah Teladan Menakjubkan Tentang Semangat Menuntut Ilmu
- Peristiwa Bi`r Ma’unah dan Awal Mula Qunut Nazilah
- Hidup Tanpa Tuduhan
- Tanda Cinta Dari Sang Terkasih
- Because Iam Your Mahram
- Kisah Taubat Al-Fudhail bin Iyadh
- Hai Miskin!
- Episode Jodoh Bag. 1
- Abu Ubaidah dan Permainan Pedang di Yarmuk
- Al-Imam Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam
- AL KHANSA : IBUNDA 4 MUJAHID SEJATI
- Kesaksian Para Sahabat Tentang Hafalan dan Ketelitian Abu Hurairah
- Kisah Perang Yamamah
- Mengenal Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany, Tokoh Kebanggaan Kaum Sufi
- Salman Al-Farisi, Sang Pemburu Kebenaran
- GARA-GARA WANITA
- 3 Teladan Syaikh Ibnu Baz
HIKMAH
- Sebuah Ruang Berdindingkan Ketenangan
- Nasihat Salamah bin Dinar kepada Khalifah
- 5 Kelebihan Yang Diberikan Allah Kepada Unta
- Pencarian
- Bait Sya’ir yang membuat Al-Imam Ahmad -rahimahullaah- menangis
- HARUSKAH MARAH...?
- Kecerdasan Imam Asy-Syafii
- Kisah-kisah Teladan Menakjubkan Tentang Semangat Menuntut Ilmu
- Hidup Tanpa Tuduhan
- Lenyapnya Keberkahan 'ilmu
- Sepotong Kue Tart dan Secuil Pahala
- Indahnya Akhlaqul Karimah
- mUtiaRA yg tAk perNAh uSanG……
- Akhir Perjalanan Sang Perantau
- Kontradiksitas
- Bait-bait Indah… Yang menggugah…
- Mutiara Hikmah
- Pesan berharga dari Syeikh Albani -rohimahulloh-
- Kami akan Terus Membelamu, Wahai Ibu Kami, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaa
- Goresan Pesan Untuk Pembela Kebenaran
- “ Surat dari Suami Untuk Para Istri ”
- Lihatlah, Siapa Mahrammu (2)
- Kesimpulan Antara 2 Pendapat Ulama
- Dalil-Dalil yang Tidak Mewajibkan Cadar (1)
- Mereka Berkata tentang Cinta
BIOGRAFI
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal Tauladan dalam Semangat dan Kesabaran
- Biografi Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah
- Sejarah Hidup Imam Al Ghazali (2)
- Sejarah Hidup Imam Al Ghazali (1)
- Mengenal Imam Muslim
- Al-Imam Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam
- AL KHANSA : IBUNDA 4 MUJAHID SEJATI
- Mengenal Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany, Tokoh Kebanggaan Kaum Sufi
- Salman Al-Farisi, Sang Pemburu Kebenaran
- Mengenal Lebih Dekat Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah
- NASEHAT TERAKHIR SYAIKH IBNU BAZ
- 3 Teladan Syaikh Ibnu Baz
- Begitu Sederhana, Hafalannya Luar Biasa
- BIOGRAFI Syaikh bin Baaz
- Biografi Al Imam An Nawaawi
- BIOGRAFI AL-IMAM AL-HAFIZH IBNU KATSIR
- Sejarah singkat Imam Bukhari
0 komentar:
Post a Comment