Thursday, 25 September 2014

Bila Istrimu Minta Cerai - Sebuah catatan dari kajian "Setengah isi setengah kosong"


Ingat, ketahuilah bahwa orang tuanya telah menyerahkan dia sepenuhnya kepadamu, orang tuanya telah menyerahkan wanita ini sepenuhnya kepadamu tanpa ada paksaan, bahkan engkaulah yang datang meminang dan melamarnya dan dirimu telah menerima semua beban yang diserahkan kepadamu tatkala pernikahan itu, dan kau menerimanya.

Tatkala ayahnya mengatakan “aku nikahkan engkau, aku kawinkan engkau dengan anakku fulanah dengan mahar sekian.” Jawaban kita pada waktu itu apa?... “aku terimah nikah dan kawinnya dengan mahar yang disebutkan”. Sejak saat itu, bayangkan dengan hanya perkataan itu, wanita itu jadi milik kita dan kita menerimanya tanpa paksaan dan menerima wanita itu dengan semua kekurangan dan kelebihannya, karena, ingat, dia bukan malaikat. Dan dengan kata-kata itu kita bawa pulang wanita ini, padahal.. ingat, padahal kita tidak pernah merasakan sakitnya mengandung wnita itu, ibundanya 9 bulan mengandung wanita itu, lemah diatas kelemahan, sabar, tabah, melahirkannya mempertaruhkan nyawa. Kita tidak pernah ada andil disitu, orang tuanya yang laki bekerja, ngasih makan dia, kita juga tidak punya andil disitu. Dan tatkala membesarkan, merawatnya, menyekolahkan, kita juga tidak pernah punya andil.

Namun tatkala kita datang kepada orang tuanya, datang ke bapaknya, kita melamar kita meminta, ingat, momen itu bukan momen yang indah buat orang tua, momen yang paling berat buat seorang tua. Bagaimana dia hendak melepaskan putri yang dia cintai kepada seorang lelaki yang dia tidak pernah tahu apakah putrinya akan berbahagia dengan lelaki itu. Ingat, amanah itu datang begitu mudahnya kepada kita, dan kita menerimanya.

Tapi akhirnya, sang bapak menikahkan putrinya, karena apa? bukan karena dia bosan membesarkan anaknya, bukan karena dia jenuh dengan putrinya, dengan istri kita, tidak, tapi karena perintah Allah untuk menikahkan putri-putri, karena sunnah Rasul shallallaahu 'alaihi wa sallam, padahal melepas seorang yang dicintai sangatlah berat sekali. Dan saya mendapati orang-orang bagaimana tatkala putrinya ada yang melamar, dua tiga hari dia tidak bisa tidur, memikirkan apakah putriku akan berbahagia dengan lelaki ini.

Maka sekarang kenapa dia minta cerai? Kenapa? Kenapa yang bertahun-tahun hidup dengan kita sekarang wanita itu minta cerai? Satu pilihan yang tidak mudah bagi seorang wanita untuk bercerai, untuk hidup sendri, tidak mudah. Pasti terjadi sesuatu. Maka koreksilah dirimu.

Ingatlah kau juga manusia yang tidak luput dari salah dan dosa. Bila istrimu berbuat dosa, kitapun pernah berbuat kesalahan, mungkin kita banyak salahnya, mungkin kau tidak lagi memperhatikan istrimu, mungkin kau sudah lupa dengan amanat Allah itu, mungkin tidak ada lagi kata-kata cinta, mungkin rumah itu sudah kering dan taman cintanya sudah layu, mungkin banyak kata-katamu yang menoreh luka dihatinya.

Carilah jawaban-jawaban, carilah jawaban-jawaban untuk kenapa istrimu minta cerai. Perbaiki dirimu. Perbaiki diri kita. Koreksi diri kita. Minta maaf padanya. Berjanjilah, berjanjilah pada istrimu bahwa kita akan berusaha lebih baik.

Katakan cintamu tak pernah pudar, namun kadang kesibukan yang membuatmu lupa perhatian.
Bukalah lembaran baru kembali seperti tatkala engkau meminangnya.
Dan katakan in sya Allah, katakan kepada istrinya yang minta cerai, “in sya Allah kita akan terus bersama sampai ajal memisahkan kita dan berjumpa kembali di pintu surga.”

Tulislah sebuah surat cinta, katakan;
“Maafkan bila aku terus mencintaimu,
Tapi bisakah kau menghentikan badai?
Aku tak bisa..
Aku bahkan tak kuasa membendung gemuruh dihatiku sendri..
Aku ingin bersamamu..
Selamanya....”


Dan ingatlah, istri kita adalah amanat yang diberikan oleh Allah kepada kita..

***

Silakan download kajian Ustadz Syafiq 'Setengah Isi Setengah Kosong" selengkapnya via kajian.net, klik link dibawah ini:

Related Post :

0 komentar:

Post a Comment