Ingat, ketahuilah bahwa orang
tuanya telah menyerahkan dia sepenuhnya kepadamu, orang tuanya telah
menyerahkan wanita ini sepenuhnya kepadamu tanpa ada paksaan, bahkan engkaulah
yang datang meminang dan melamarnya dan dirimu telah menerima semua beban yang
diserahkan kepadamu tatkala pernikahan itu, dan kau menerimanya.
Tatkala ayahnya mengatakan “aku
nikahkan engkau, aku kawinkan engkau dengan anakku fulanah dengan mahar sekian.”
Jawaban kita pada waktu itu apa?... “aku terimah nikah dan kawinnya dengan
mahar yang disebutkan”. Sejak saat itu, bayangkan dengan hanya perkataan itu,
wanita itu jadi milik kita dan kita menerimanya tanpa paksaan dan menerima
wanita itu dengan semua kekurangan dan kelebihannya, karena, ingat, dia bukan
malaikat. Dan dengan kata-kata itu kita bawa pulang wanita ini, padahal..
ingat, padahal kita tidak pernah merasakan sakitnya mengandung wnita itu,
ibundanya 9 bulan mengandung wanita itu, lemah diatas kelemahan, sabar, tabah,
melahirkannya mempertaruhkan nyawa. Kita tidak pernah ada andil disitu, orang
tuanya yang laki bekerja, ngasih makan dia, kita juga tidak punya andil disitu.
Dan tatkala membesarkan, merawatnya, menyekolahkan, kita juga tidak pernah
punya andil.
Namun tatkala kita datang
kepada orang tuanya, datang ke bapaknya, kita melamar kita meminta, ingat,
momen itu bukan momen yang indah buat orang tua, momen yang paling berat buat
seorang tua. Bagaimana dia hendak melepaskan putri yang dia cintai kepada
seorang lelaki yang dia tidak pernah tahu apakah putrinya akan berbahagia dengan
lelaki itu. Ingat, amanah itu datang begitu mudahnya kepada kita, dan kita
menerimanya.
Tapi akhirnya, sang bapak
menikahkan putrinya, karena apa? bukan karena dia bosan membesarkan anaknya,
bukan karena dia jenuh dengan putrinya, dengan istri kita, tidak, tapi karena
perintah Allah untuk menikahkan putri-putri, karena sunnah Rasul shallallaahu
'alaihi wa sallam, padahal melepas seorang yang dicintai sangatlah berat
sekali. Dan saya mendapati orang-orang bagaimana tatkala putrinya ada yang
melamar, dua tiga hari dia tidak bisa tidur, memikirkan apakah putriku akan
berbahagia dengan lelaki ini.
Maka sekarang kenapa dia
minta cerai? Kenapa? Kenapa yang bertahun-tahun hidup dengan kita sekarang
wanita itu minta cerai? Satu pilihan yang tidak mudah bagi seorang wanita untuk
bercerai, untuk hidup sendri, tidak mudah. Pasti terjadi sesuatu. Maka
koreksilah dirimu.
Ingatlah kau juga manusia
yang tidak luput dari salah dan dosa. Bila istrimu berbuat dosa, kitapun pernah
berbuat kesalahan, mungkin kita banyak salahnya, mungkin kau tidak lagi
memperhatikan istrimu, mungkin kau sudah lupa dengan amanat Allah itu, mungkin
tidak ada lagi kata-kata cinta, mungkin rumah itu sudah kering dan taman cintanya
sudah layu, mungkin banyak kata-katamu yang menoreh luka dihatinya.
Carilah jawaban-jawaban,
carilah jawaban-jawaban untuk kenapa istrimu minta cerai. Perbaiki dirimu.
Perbaiki diri kita. Koreksi diri kita. Minta maaf padanya. Berjanjilah,
berjanjilah pada istrimu bahwa kita akan berusaha lebih baik.
Katakan cintamu tak pernah
pudar, namun kadang kesibukan yang membuatmu lupa perhatian.
Bukalah lembaran baru kembali
seperti tatkala engkau meminangnya.
Dan katakan in sya Allah,
katakan kepada istrinya yang minta cerai, “in sya Allah kita akan terus bersama
sampai ajal memisahkan kita dan berjumpa kembali di pintu surga.”
Tulislah sebuah surat cinta,
katakan;
“Maafkan bila aku terus
mencintaimu,
Tapi bisakah kau menghentikan
badai?
Aku tak bisa..
Aku bahkan tak kuasa membendung
gemuruh dihatiku sendri..
Aku ingin bersamamu..
Selamanya....”
Dan ingatlah, istri kita
adalah amanat yang diberikan oleh Allah kepada kita..
***
Silakan download kajian Ustadz Syafiq 'Setengah Isi Setengah Kosong" selengkapnya via kajian.net, klik link dibawah ini:
- Setengah Isi Setengah Kosong - 29.10Mb
0 komentar:
Post a Comment