Showing posts with label TAZKIYATUN NUFUS. Show all posts
Showing posts with label TAZKIYATUN NUFUS. Show all posts

Saturday, 1 November 2014

Obat Bagi Penderita Kasmaran


Ketahuilah Saudaraku, bahwasanya ada suatu penyakit yang apabila tidak diobati dapat merusak iman dan akal sehat penderitanya. Penyakit yang biasanya menimpa kawula muda ini bernama kasmaran.
Mengapa kasmaran dinamakan penyakit yang berbahaya dan harus diobati? Hal ini dikarenakan si penderita lebih sibuk mencintai dan mengingat makhluk sehingga lalai mencintai serta mengingat Allah. Si penderita juga akan merasakan tersiksanya hati karena makhluk yang dicintai. Siapa saja yang mencintai sesuatu selain Allah pasti akan tersiksa karenanya. Hidup orang yang kasmaran seperti halnya tawanan yang terikat. Sebaliknya, hidup orang yang terbebas pikirannya dari mabuk cinta adalah lepas dan merdeka. Seperti dikatakan penya’ir:
    Ia bebas dalam pandangan mata, padahal sebenarnya tawanan
    Yang sakit dan mengelilingi pusat kebinasaan
    Ia adalah mayat yang terlihat hidup dan berjalan
    Yang tidak akan bangkit meski tiba hari Kebangkitan
    Hatinya hilang dalam gemuruh kesengsaraan
    Yang tidak tersadarkan hingga kematian menjemput
Jika kasmaran kuat dan kokoh di hati penderita, niscaya ia akan merusak pikiran dan lalai dari kemaslahatan agama dan dunianya. Semakin hati itu dekat dengan cinta semu, ia pun akan semakin menjauh dari Allah sehingga syaiton pun mudah menguasai dirinya.
Dengan demikian, penyakit kasmaran perlu untuk diobati. Rasulullah bersabda,

لكل داءٍ دواءٌ، فإذا أُصِيبَ دواءُ الداء، بَرَأَ بإذن الله عزَّ وجل

Artinya: “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, maka ia akan sembuh dengan izin Allah.” (HR.Muslim)

Berikut beberapa trik mengatasi kasmaran:

Langkah pertama, Obat penyakit yang fatal ini dimulai dari kesadaran penderita bahwa cobaan yang menimpanya merupakan lawan dari tauhid. Hal ini terjadi karena kebodohan dan kelalaian hatinya kepada Allah. Oleh sebab itu, wajib baginya mengetahui hakikat tauhid kepada Allah, sunnah-sunnahNya, dan ayat-ayatNya.

Selanjutnya, dia harus melaksanakan seluruh ibadah baik lahir maupun batin supaya hatinya sibuk sehingga tidak berpikir tentang kasmarannya. Ia juga harus memperbanyak ketundukan hati dan bersandar kepadaNya untuk memalingkan perasaan cinta tersebut dengan mengembalikan hatinya kepada Allah. Tidak ada obat yang lebih bermanfaat daripada ikhlas kepada Allah. Inilah obat yang disebutkan dalam kitabNya sebagaimana firman-Nya :

كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

Artinya: “… Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.” (QS Yusuf: 24)

Hendaklah si penderita kasmaran berusaha dengan gigih untuk mengobati penyakit kasmarannya, karena kasmaran hanya manis pada awalnya tetapi pada pertengahannya menyebabkan kesulitan, kesibukan hati, bahkan penyakit jiwa lalu akhirnya adalah ‘kebinasaan dan pembunuhan’. Na’udzubillah.

Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita agar kita senantiasa melakukan amalan ketaatan dan meninggalkan amalan yang sia-sia.
—-
Penyusun: Dwi Pertiwi
Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Referensi : “Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’”. Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah
Artikel www.muslimah.or.id

Saturday, 11 October 2014

Taman-Taman Kematian


Awal kehidupan manusia..
Engkau menangis
Lalu semua perbuatanmu ditulis,
Dalam catatan amalan dan akhirnya catatan itupun ditutup
Engkaupun pergi menuju akhir dari kehidupan duniamu


Taman-taman kematian...
Tantangan tebesar, Allah menantang semua manusia dengannya
Mereka semua tak berdaya menghadapi tantangan dzat yang Maha Perkasa..


      قُلۡ فَادۡرَءُوۡا عَنۡ اَنۡفُسِكُمُ الۡمَوۡتَ اِنۡ كُنۡتُمۡ صٰدِقِيۡنَ‏

"Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar".
(Ali Imran: 168)

Kematian adalah pintu dan semua orang akan memasukinya...
Apakah seseorang akan berada di surga ?


إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ
فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ
"Sesungguhnya orang-orang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa."
(Al Qamar: 54-55)


Ataukah dia berada di neraka ?

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي ضَلالٍ وَسُعُرٍ
يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ

"Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): 'Rasakanlah sentuhan api neraka'."
(Al Qamar: 47-48)

Disana ada orang-orang yang bergembira dengan kedatangannya
Mereka adalah kaum yang yakin tidak ada tempat lari dari kematian
Merekapun datang menyambutnya, sebelum kematian itu datang menjemput mereka..
Mereka gembira bertemu dengan Allah, maka Allah pun gembira bertemu dengan mereka..
Mereka tukar kehidupan dunia yang fana dengan jihad di jalanNya

Maka, apakah balasannya?



وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ



"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki."
(Ali Imran: 169)

Taman-taman kematian...
Akan tetapi, disana ada pemandangan lain
Mereka adalah ahli maksiat dan kezhaliman yang menghabiskan waktu dengan kesia-siaan
Kesenangan dunia telah melalaikan mereka
Tidak ada yang menunggu mereka selain adzab dan sengsara disebabkan jauhnya mereka dari dzikir kepada Allah


يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا

"Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul".
(Al-Ahzab: 66)

Dimanakah orang-orang yang dulu pernah tinggal di dunia?
Bukankah mereka sedang berada disebuah liang sendirian?
Bukankah mereka sedang berada disebuah bilik kegelapan?
Bukankah mereka sedang terkubur tanah yang dipadatkan?
Benar.. mereka telah pergi, dan kitapun akan mengikuti. 
Sungguh, dia akan memanggil kita...
Sebagaimana dia telah memanggil mereka...

Dialah.. Taman-taman kematian...

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati, Kami mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami."
(Al Anbiyaa: 35)



Source: Jeda Rodja Taman-Taman Kematian

Tuesday, 7 October 2014

Jaga Lisan - Berkatalah Yang Baik atau Diam


Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan RasulNya, hendaklah ia berkata baik atau diam.
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
Man kaana yu'minu billahi wal yaumil akhir fal yaqul khairan aw liyashmut...

Seorang yang beriman kepada Allah ketika ia berucap ia berpikir apakah ucapannya akan bermanfaat.

Berkata Abdullaah bin Abbas:
Qul khayran taghnam awiskut 'an syarrin taslam wa illa fa'lam annaka satandam..
Katakan yang baik kamu akan mendapatkan pahalanya, atau diam dari yang buruk kamu akan selamat, kalau tidak kamu akan mnyesal.
Kita akan mnyesal atas seluruh ucapan yang keluar dari lisan yang tidak baik. Kita akan menyesal baik di dunia ataupun di akhirat.

Rasul kita yang mulia shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 ان العبد ليتكلم بكلمة من سخط الله لا يلقي بها بالا يهوي به في نارجهنم سبعين خريفا
Innal 'abda layatakallam bi kalimatin min sakhathillaah laa yulqii bihaa baa lan yahwii bih fii naari jahannama sab'iina khariifaa..
Seorang hamba berucap dari kata-kata yang dianggap remeh, kata-kata yang dimurkai oleh Allah, akibat kata-kata itu ia masuk ke dalam api neraka sejauh 70 tahun.

Betapa banyaknya manusia yang lisannya membuat manusia bertengkar..
Betapa banyaknya orang yang lisannya membuat dirinya di la'nat oleh orang tuanya..
Betapa banyaknya manusia yang lisannya membuat dia dimusuhi oleh seluruh manusia..
Betapa banyak manusia yang lisannya ditakuti orang..
Dan ini bukanlah sifat seorang muslim, ini bukanlah sifat seorang muslimah..

Yang paling banyak memasukkan orang ke neraka adalah lisan, mengapa? karena lisan itu mencakup perbuatan syirik, perbuatan sihir, perkataan atas agama tanpa ilmu, ‘mengadu domba’, ghibah dan lain sebagainya.

Kalau anda saudaraku saudariku kaum muslimin dan muslimat tahu bahwa ada orang yang menghindar dari diri anda karena takut lisan anda yang tajam, maka segeralah bertaubat.
Karena sifat orang muslim yang sesungguhnya adalah yang lisannya tidak melukai orang lain.
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Al muslimu man salimal muslimuuna min lisaanihi wa yadih
Orang muslim itu adalah orang yang selamat orang lain dari kejahatan lisannya dan tangannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu ámalan-ámalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu, dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
(Al Ahzab: 70-71)

Source: Jeda Rodja - Jaga Lisan

***

Special thanks to my bessst friend and besstt unbiological sister, Umm Ahla Al Banjariyyah yang sangat membantu saya menulis postingan kali ini :* :')
Jazahallahu khayran wa barakalallahu fihaa

Sunday, 5 October 2014

Untukmu Ukhti Muslimah..


يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا 

Wahai saudari muslimah, siapakah yang menyuruhmu untuk berjilbab?

Untukmu ukhti muslimah...
Kemana akan kau bawa dirimu?
Kepada gemerlapnya dunia?
Kemilaunya harta?
Atau kepada ketampanan seorang pria?
Walaupun kau harus membuka hijabmu untuk mendapatkan semua yang kau inginkan, maka kehinaan yang akan kau dapatkan..

Wahai saudari muslimah, siapakah yang menyuruhmu untuk berhijab?

Untukmu ukhti muslimah...
Kemana akan kau bawa dirimu?
Kepada kemuliaan jiwa?
Kepada keridhaan Sang Pencipta?
Atau mulianya menjadi bidadari surga?
Walaupun hinaan dan cacian yang harus kau terima
Demi untuk menjaga hijab yang telah disyari'atkan oleh agama, maka kebahagiaan yang akan kau dapatkan..

Katakan tidak pada gemerlapnya dunia, jika hijabmu harus terlepas karenanya...
Katakan tidak pada kemilaunya harta, jika hijabmu harus menjadi tebusannya...
Karena hijabmu adalah benteng kemuliaan dirimu...

**

Bahwasanya yang menyuruh untuk berjilbab, yang menyuruh untuk berbusana muslimah, yang menyuruh adalah Allah dan RasulNya. Dan konsekuensi kita sebagai seorang muslim atau sebagai seorang muslimah adalah wajib taat kepada Allah, karena Allah yang menciptakan kita, Allah yang memberikan rizqi kepada kita, Allah yang memberikan segalanya kepada kita.
Alqur'an memerintahkan untuk berjilbab, Allah yang menciptakan kita yang menyuruh kita untuk berjilbab.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا 

"Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakmu dan wanita-wanita kaum muslimin agar mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Al-Ahzab: 59)

Tiap wanita tidak ada udzur untuk tidak memakai busana muslimah...

~Jeda Radio Rodja~

**

Download audio Mp3 nya di link berikut ini:

Al Maut


Siapa diantara kita yang tidak akan ditimpa oleh kematian..

Ia tidak memiliki teman
Jika ia datang, maka berakhirlah segala sesuatu
Ia tidak memiliki tempat
Seluruh alam ini adalah tempatnya
Kita tidak akan bisa berlari ataupun bersembunyi darinya,
Walaupun kita berada dalam benteng yang sangat kokoh..

Ia tidak memiliki waktu
Ia terus bekerja sepanjang hari, sepanjang masa..
Ia tidak menunggu seorangpun
Akan tetapi kita semua yang menunggunya..
Ia adalah penghancur angan
Penghancur keinginan
Penghancur impian
Ia adalah akhir fase pertama manusia
Ia adalah kematian..


كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۖ ثُمَّ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ

Hiduplah sesuka hatimu
Tumpahkan dan hamburkan kesenangan demi kesenangan untuk memuaskan nafsumu
Katakan semaumu tentang islam, orang-orang shalih, keta’atan dan kebaikan..
Bergembiralah dan tertawalah sepuas-puasmu kepada dunia..
Kelak pada akhirnya, engkau juga akan meregang ditengah sakaratul maut..
Dan entah kapan, itu pasti akan menimpamu
Lalu engkau mati..

Saat itu..
Malaikat maut tepat berada diatas kepalamu
Hatimu bergetar
Nyawamu meregang
Mulutmu terkunci
Anggota badanmu melemas
Lehermu berkeringat
Matamu terbelalak
Pintu taubat sudah tertutup
Orang-orang disekitarmu menangis
Sedangkan kamu sendiri mengerang melawan sakit
Lalu nyawamu diangkat ke langit

Sebelum semua itu terjadi
Sebelum semuanya terlambat


Selamatkanlah dirimu..

كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۖ ثُمَّ إِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ

~Jeda Radio Rodja~

**

Silakan download audio Mp3 nya pada link berikut:


Click here to watch this video

Friday, 3 October 2014

Sebab-Sebab Kerasnya Kalbu


Sesuatu  ada tentunya dengan adanya sebab. Mengenal sebab merupakan satu perkara penting dalam mengobati dan menerapi satu penyakit. Berapa banyak dokter atau tabib yang gagal memberikan obat yang pas karena tidak mengetahui sebab penyakit tersebut.
Kalbu yang keras adalah penyakit berbahaya yang terjadi tentunya dengan sebab-sebab tingkah laku pemiliknya. Diantara sebab-sebab kerasnya kalbu adalah:
1. Ketergantungan Kalbu kepada Dunia serta Melupakan Akhirat.
Kalau yang sudah keterlaluan mencintai dunia melebihi akhirat, maka kalbu tergantung terhadapnya, sehingga lambat laun keimanan menjadi lemah dan akhirnya merasa berat untuk menjalankan ibadah.

2. Lalai.

Lalai pada asalnya adalah lupa yang terjadi karena tidak sadar. Allah l jelaskan hal ini dalam firmanNya: "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)." (QS. Al-Anbiya’ :1).
Imam asy-Syaukani menjelaskan pengertian Ghaflah (lalai) dalam ayat ini dengan menyatakan: “Pengertiannya mereka berada dalam kelalaian oleh dunia dan berpaling dari akherat tidak bersiap-siap dengan kewajiban mereka berupa iman kepada Allah dan melaksanakan kewajiban serta menjauhi semua larangan” (Fathu al-Qadir 3/566).
Sebab ini memiliki pengaruh langsung dalam mengerasnya kalbu. Sehingga imam ibnu al-Qayyim t menyatakan: “semakin kuat sifat lalai dalam kalbu semakin membuatnya keras” (al-Waabil ash-Shaib hal 99).
Lalai merupakan penyakit yang berbahaya apabila telah menjalar di dalam kalbu dan bersarang di dalam jiwa. Karena akan berakibat anggota badan saling mendukung untuk menutup pintu hidayah, sehingga kalbu akhirnya menjadi keras dan terkunci
Allah berfirman, yang artinya  “Mereka itulah orang-orang yang kalbu, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itu lah orang-orang yang lalai” (QS.16:108)
Dalam ayat diatas Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, bahwa orang yang lalai adalah mereka yang memiliki kalbu keras membatu, tidak mau lembut dan lunak, tidak mempan dengan berbagai nasehat. Kalbu yang keras bagaikan batu atau bahkan lebih keras lagi, karena mereka punya mata, namun tak mampu melihat kebenaran dan hakikat setiap perkara.
Karena itulah imam al-Alusi menyatakan: Kerasnya kalbu (qaswah al-Qalbu) adalah sumber keburukan dan ia bersumber dari panjangnya kelalaian terhadap Allah. (Ruuh al-Ma’ani 27/181).
3. Kawan yang buruk.
Ini juga salah satu sebab terbesar yang mempengaruhi kerasnya kalbu dan jauhnya seseorang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala . Orang yang hidupnya di tengah-tengah manusia yang banyak berkubang dalam kemaksiatan dan kemungkaran tentulah akan terpengaruh. Sebab teman yang buruk akan berusaha menjauhkannya dari keistiqamahan dan menghalanginya dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala , sholat dan berakhlak mulia. Oleh karena itu didapatkan dalam al-Qur`an perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul-Nya untuk bergaul dengan orang-orang shalih, sebagaimana firman-Nya, yang artinya:
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS al-kahfi:28)
4. Terbiasa dengan kemaksiatan dan kemungkaran.
Dosa merupakan penghalang seseorang untuk sampai kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala.  Ia merupakan pembegal perjalanan dan membalikkan arah perjalanan yang lurus. Kemaksiatan meskipun kecil, terkadang memicu terjadinya bentuk kemaksiatan lain yang lebih besar dari yang pertama. Maka melemahlah kebesaran dan keagungan Allah di dalam kalbu, dan melemah pula jalannya kalbu menuju Allah dan kampung akhirat sehingga menjadi terhalang dan bahkan terhenti tak mampu lagi bergerak. Lihatlah keterangan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ{ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }
Seorang hamba apabila berbuat dosa karena kalbunya diwarnai dengan titik hitam. Apabila ia menginggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kalbunya dibersihkan dan bila mengulang maka ditambahkan padanya (titik hitam) hingga mendominasi kalbunya. Inilah dia Raan yang Allah jelaskan dalam firman-Nya:
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (QS al-Muthafifin :14).
5. Berpaling dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kematian, sakarat, kubur dan kedahsyatannya, sehingga seluruh perkara akhirat baik berupa adzab, nikmat, timbangan amal, mahsyar, shirath, surga dan neraka, semua telah hilang dari ingatan dan kalbunya. Demikianlah akibat lalainya manusia dari mengingat Allah karena kesibukan yang menenggelamkan mereka dalam urusan dan kenikmatan dunia yang fana ini. Memang tidak dipungkiri membicarakan permasalahan dan urusan dunia adalah perkara mubah, namun tenggelam dan menghabiskan waktunya hanya utuk urusan tersebut menjadikan kalbu keras, karena hilangnya kalbu dari zikir kepada-Nya. Oleh karena itulah hati ini telah mati sebelum kematian tubuh. Rasululloh pernah bersabda :
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Perumpamaan orang yang berzikir kepada Allah dan yang tidak berzikir seperti perumpamaan orang yang hidup dan mayat (yang mati). (Muttafaqun ‘alaihi)
Demikianlah beberapa sebab kerasnya hati agar kita semua dapat menghindarinya.

Tanda-Tanda Kerasnya Hati


Hati yang keras memiliki tanda-tanda yang bisa dikenali, di antara yang terpenting sebagai berikut :
1. Malas Melakukan Kataatan dan Amal Kebaikan.
Kita lihat sekarang banyak sekali diantara kita yang malas sholat lima waktu berjamaah dengan alasan kesibukan dunia. Bahkan ada yang meninggalkan sholat jum’at tanpa udzur syar’i. Padahal Rasululloh shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمْ الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُونُنَّ مِنْ الْغَافِلِينَ
Hendaknya kaum tersebut berhenti meninggalkan shalat jum’at atau Allah akan keraskan hati mereka kemudian mereka menjadi orang-orang yang lalai. (HR Muslim).
Juga berapa banyak orang yang enggan berzakat dengan alasan banyak pengeluaran pribadi dan lainnya. Mereka lupa kalau hati mereka telah mengeras dan telah memiliki sifat-sifat munafiqin yang di jelaskan dalam firman-Nya, yang artinya, “Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (At-Taubah : 54)

2. Tidak Tersentuh Oleh Ayat Al-Qur’an dan tidak dapat mengambil pelajaran.


Berapa banyak kita membaca al-Qur`aan bahkan mengkhatamkannya sekali atau dua kali namun kalbu kita tidak tersentuh dan bergetar sedikitpun. Berbeda dengan hati yang sehat dan lembut. Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, maka tidak terpengaruh sama sekali, tidak mau khusyu’ atau tunduk, dan juga lalai dari membaca al-Qur’an serta mendengarkannya, bahkan enggan dan berpaling darinya. Sedang kan Allah Subhannahu wa Ta’ala telah memperingatkan, artinya, “Maka beri peringatanlah dengan al-Qur’an orang yang takut kepada ancaman-Ku.” (Qaaf : 45)
3. Tidak Tersentuh dengan Ayat.

Tidak tergerak kalbu kita dengan terjadinya peristiwa dan kejadian alam, seperti kematian, sakit, bencana dan semisalnya. Padahal semua itu menunjukkan kemaha kuasaan Allah atas seluruh makhluknya. Kita memandang kematian atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai sesuatu yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat. Lihatlah firman Allah yang artinya: “Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (At-Taubah :126)
4. Mendahulukan kelezatan Dunia dari Akhirat.

Kalbu yang tidak tersentuh dengan ayat-ayat Allah baik berupa al-Qur`an ataupun ayat-ayat kauniyah akan mendahulukan dunia dari akherat. Bahkan kadang semangat dan keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata . Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan materi. Cinta, benci dan hubungan dengan sesama manusia hanya untuk urusan dunia saja. Ujungnya, jadilah dia seorang yang dengki, egois dan individualis, bakhil dan tamak terhadap dunia.
Kita lihat banyak orang yang mendengar kumandang adzan tapi tidak segera bersiap ke masjid karena lezatnya tidur dibalik selimta atau mengakhirkan sholat karena menonton pertandingan sepak bola. Padahal Allah telah berfirman yang artinya: "Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS al-A’laa: 16-17).
5. Kurang Mengagungkan. 

Kalbu yang mengeras akan kehilangan rasa cemburu, kekuatan iman padanya melemah dan tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari kemungkaran.
Setelah itu ia tidak dapat mengenal yang ma’ruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa. Hal ini mengakibatkan kalbu tidak lagi mengagungkan Allah dan kekuasaanNya.
6. Kemaksiatan dan kezhaliman Berantai.

Karena kezhaliman muncul dari kegelapan kalbu, sebagaimana disampaikan ibnu al-jauzi dalam ugkapan beliau: kezhaliman muncul dari kegelapan kalbu, karena seandainya kalbu mengambil cahaya petunjuk (Hidayah), tentulah ia akan memandang akibatnya, (lihat Fathu alBaari 5/100). Demikian juga kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran setan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan.
Inilah sebagian tanda kerasnya hati akibat perbuatan dosa dan kemaksiatan, agar kita semua dapat introspeksi diri dan merubah diri menjadi insan kamil yang didam-idamkan.
Wabillahi taufiq (bersambung dengan sebab-sebab mengerasnya kalbu –insya Allah-).
Kegersangan kalbu, kesempitan dada, mengalami kegoncangan, tidak pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Hatinya gersang terus-menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu.

Thursday, 25 September 2014

Bila Istrimu Minta Cerai - Sebuah catatan dari kajian "Setengah isi setengah kosong"


Ingat, ketahuilah bahwa orang tuanya telah menyerahkan dia sepenuhnya kepadamu, orang tuanya telah menyerahkan wanita ini sepenuhnya kepadamu tanpa ada paksaan, bahkan engkaulah yang datang meminang dan melamarnya dan dirimu telah menerima semua beban yang diserahkan kepadamu tatkala pernikahan itu, dan kau menerimanya.

Tatkala ayahnya mengatakan “aku nikahkan engkau, aku kawinkan engkau dengan anakku fulanah dengan mahar sekian.” Jawaban kita pada waktu itu apa?... “aku terimah nikah dan kawinnya dengan mahar yang disebutkan”. Sejak saat itu, bayangkan dengan hanya perkataan itu, wanita itu jadi milik kita dan kita menerimanya tanpa paksaan dan menerima wanita itu dengan semua kekurangan dan kelebihannya, karena, ingat, dia bukan malaikat. Dan dengan kata-kata itu kita bawa pulang wanita ini, padahal.. ingat, padahal kita tidak pernah merasakan sakitnya mengandung wnita itu, ibundanya 9 bulan mengandung wanita itu, lemah diatas kelemahan, sabar, tabah, melahirkannya mempertaruhkan nyawa. Kita tidak pernah ada andil disitu, orang tuanya yang laki bekerja, ngasih makan dia, kita juga tidak punya andil disitu. Dan tatkala membesarkan, merawatnya, menyekolahkan, kita juga tidak pernah punya andil.

Namun tatkala kita datang kepada orang tuanya, datang ke bapaknya, kita melamar kita meminta, ingat, momen itu bukan momen yang indah buat orang tua, momen yang paling berat buat seorang tua. Bagaimana dia hendak melepaskan putri yang dia cintai kepada seorang lelaki yang dia tidak pernah tahu apakah putrinya akan berbahagia dengan lelaki itu. Ingat, amanah itu datang begitu mudahnya kepada kita, dan kita menerimanya.

Tapi akhirnya, sang bapak menikahkan putrinya, karena apa? bukan karena dia bosan membesarkan anaknya, bukan karena dia jenuh dengan putrinya, dengan istri kita, tidak, tapi karena perintah Allah untuk menikahkan putri-putri, karena sunnah Rasul shallallaahu 'alaihi wa sallam, padahal melepas seorang yang dicintai sangatlah berat sekali. Dan saya mendapati orang-orang bagaimana tatkala putrinya ada yang melamar, dua tiga hari dia tidak bisa tidur, memikirkan apakah putriku akan berbahagia dengan lelaki ini.

Maka sekarang kenapa dia minta cerai? Kenapa? Kenapa yang bertahun-tahun hidup dengan kita sekarang wanita itu minta cerai? Satu pilihan yang tidak mudah bagi seorang wanita untuk bercerai, untuk hidup sendri, tidak mudah. Pasti terjadi sesuatu. Maka koreksilah dirimu.

Ingatlah kau juga manusia yang tidak luput dari salah dan dosa. Bila istrimu berbuat dosa, kitapun pernah berbuat kesalahan, mungkin kita banyak salahnya, mungkin kau tidak lagi memperhatikan istrimu, mungkin kau sudah lupa dengan amanat Allah itu, mungkin tidak ada lagi kata-kata cinta, mungkin rumah itu sudah kering dan taman cintanya sudah layu, mungkin banyak kata-katamu yang menoreh luka dihatinya.

Carilah jawaban-jawaban, carilah jawaban-jawaban untuk kenapa istrimu minta cerai. Perbaiki dirimu. Perbaiki diri kita. Koreksi diri kita. Minta maaf padanya. Berjanjilah, berjanjilah pada istrimu bahwa kita akan berusaha lebih baik.

Katakan cintamu tak pernah pudar, namun kadang kesibukan yang membuatmu lupa perhatian.
Bukalah lembaran baru kembali seperti tatkala engkau meminangnya.
Dan katakan in sya Allah, katakan kepada istrinya yang minta cerai, “in sya Allah kita akan terus bersama sampai ajal memisahkan kita dan berjumpa kembali di pintu surga.”

Tulislah sebuah surat cinta, katakan;
“Maafkan bila aku terus mencintaimu,
Tapi bisakah kau menghentikan badai?
Aku tak bisa..
Aku bahkan tak kuasa membendung gemuruh dihatiku sendri..
Aku ingin bersamamu..
Selamanya....”


Dan ingatlah, istri kita adalah amanat yang diberikan oleh Allah kepada kita..

***

Silakan download kajian Ustadz Syafiq 'Setengah Isi Setengah Kosong" selengkapnya via kajian.net, klik link dibawah ini:

Friday, 19 September 2014

Untukmu Yang Berjiwa Hanif


Dalam muqaddimah buku 'Untukmu Yang Berjiwa Hanif', Ustadz Armen rahimahullah menuliskan;

"Buku ini kuperuntukkan,

Untuk mereka yang mempunyai
fithrah yang lurus
dan hati yang hanif...

Untuk mereka yang sedang dalam pencarian islam
yang hakiki...

Untuk mereka yang haus ilmu Al-Qur'an
dan As-Sunnah...

Untuk mereka yang sedang menempuh jalan
yang ditempuh oleh Salman al-Farisi dan Waraqah bin Naufal..

Untuk para pemuda yang hendak menggalah
kejayaan dan mendulang
masa keemasan..."

_______________________________

Ketika jejak-jejak kasih sayang Allah Subhahu wa Ta'ala sudah mulai tampak di halaman kalbu, awan mahabbah dan kabut cinta Allah Subhanahu wa Ta'ala sedang datang berarak di langit hati, pertanda rahmat hidayah akan turun menyirami taman jiwa.

Tidak berselang lama, akan tumbuh bersemi fithrah yang suci, hadir perasaan tunduk dan patuh pada kebenaran, timbul motivasi dan semangat untuk berbuat kebaikan. Saat itulah kehidupan akan dirasa berarti dan kebahagiaan bisa direngkuh kembali. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan orang-orang yang berjuang dalam jalan Kami, akan Kami beri mereka hidayah menuju jalan-jalan kebaikan Kami." (Al-Ankabut; 69)

Sekiranya ia dibiarkan begitu saja, tidak diolah dengan benar bahkan sering ditelantarkan dan dilalaikan, pasti ia berlalu dan meninggalkannya dalam kesendirian menyebabkan ia harus menunggu dan menunggu pada sebuah penantian yang tidak berkesudahan, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Ketika mereka menyeleweng dari jalan kebenaran, Kami selewengkan hati mereka." (Ash-Shaf; 5)

Tidak ada pilihan lain bagi seorang hamba kecuali melanjutkan pencarian dan memperkokoh keyakinan. Karena bangun dari kelalaian merupakan langkah awal dari sebuah perjalanan menuju Shiratul Mustaqim. Jalan yang telah ditempuh oleh para nabi dan rasul, orang-orang shiddiq, syuhada dan orang-orang yang shalih. Itu pula yang telah dilalui oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Beragama ala Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan menapaki jejak Salafush Shalih itulah sebuah keharusan, itulah hidayah yang hakiki. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Sekiranya mereka beriman seperti mereka beriman, niscaya mereka memperoleh hidayah." (Al-Baqarah; 137)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengambil ubun-ubun kita kepada kebenaran. Aamiin

______

Silakan download Mp3 kajian 'Untukmu Yang Berjiwa Hanif" - Ustadz Armen Halim Naro rahimahullah via kajian.net

Friday, 29 August 2014

Menikmati Nikmat Lupa

Apakah Anda sewaktu-waktu merasa bahwa lupa adalah sebuah nikmat besar yang diberikan Allah Ta’ala kepada manusia?! Sekiranya Allah tidak menurunkan kepada kita nikmat semacam ini, niscaya kehidupan kita berubah menjadi neraka yang tidak tertandingi.
Karena seorang manusia pada saat lupa, ia lupa akan kejadian-kejadian yang memilukan atau musibah-musibah yang menakutkan. Jika hal itu tidak terjadi, ia pasti akan selalu tersiksa, dan tidak akan mampu menebusnya.
Banyak orang tidak memandang nikmat ini, tidak menghargai nilai yang terkandung di dalamnya, bahkan mereka selalu mengingatkan dirinya dengan berbagai kesedihan, musibah-musibah atau kesulitan. Ada sebagian suami yang terus-menerus mengingat kejelekan-kejelekan isterinya dan ia tidak melupakannya. Karena itu, ia selalu mengingatnya. Jika isterinya melakukan kesalahan sebagaimana yang pernah dialaminya, ia mengatakan padanya, “Bukankah kamu telah melakukan hal yang demikian pada hari demikian.” Ia terus menghitung-hitung kejelekannya, dan dengan semua ini berarti ia sedang mengumpulkan kesulitan seluruhnya.
Sesungguhnya Islam yang agung telah mengajarkan kepada kita untuk melupakan kejelekan dari ikhwan-ikhwan kita kaum Muslimin, terlebih lagi dari isteri-isteri kita, dan mengajarkan kepada kita untuk menolak musuh-musuh kita dengan cara yang lebih baik, terlebih lagi kepada orang-orang yang kita cintai. Allah subhanahu wata’ala berfirman,” Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fushshilat: 34)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengalami sebagian kesulitan dari sebagian isteri-isterinya, sebagai akibat kecemburuan mereka, namun beliau dapat memikulnya dan tetap memberikan kasih sayangnya kepada mereka. Beliau tidak menghukum mereka terhadap kesalahan yang kecil dan yang besar, bahkan beliau memaafkan dan menghapuskannya. Inilah akhlak seorang suami yang shalih.
source : Ustadz Khalid

Saturday, 9 March 2013

Penyuluh Keimanan

Bismillaah ...
Sesungguhnya dengan berlayarnya bahtera kehidupan mengarungi samudera keimanan, semua pikiran dan tindak-tanduk tertumpu, bertaut kokoh seiring dan sejalan, disuluh hati dan amal.
Apabila hanya hati saja yang diutamakan, niscaya akan hilanglah sebagian syari'at yang mulia ini. Tentu kaum yang bersemangat meraih keimanan tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat lima waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar zakat dan shadaqah atau bersusah-payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah atau amal ibadah lainnya. Toh yang dinilai hanya hatinya saja ...
Dan sudah barang tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah), cukup mereka mengandalkan hati saja, sedangkan mereka adalah sebaik-baik manusia diatas permukaan bumi ini.
Akan tetapi apa yang kita dapati melalui fakta yang real dilapangan, justru sebaliknya, mereka adalah orang yang sangat giat beramal.
Perhatikanlah satu contoh indah diantara banyak contoh-contoh yang indah lainnya; ya'ni Urwah bin Zubair radhiyallaahu 'anhu, misalnya.
Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, bibinya adalah 'Aisyah radhiyallaahu 'anha, istri Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia dan jangan ditanya tentang hatinya. Dia adalah seorang yang paling lembut hatinya, meski demikian, masih bersusah payah untuk giat dalam beramal, bershadaqah dan ketika shalat didirikan, dia bagaikan sebatang pohon yang tegak, tidak bergeming karena lamanya ia berdiri sanking khusyu' bermunajat.
Aduhai! Betapa lalainya kita makhluk rapuh ini, yang terlalu banyak memanjangkan angan-angan dan harapan, padahal hati kita pastinya sangat jauh dari suci dan mulia jika dibandingkan dengan generasi pendahulu kita, para salafush shaalih ....
Digigit nyamuk, tak ayal membuat diri sibuk bak orang kesampuk. Kuping dimasukin semut saja, sontak melejit jiwa gelisah, tak menentu arah, layak pesakit kehilangan darah. Harta masih membuat diri tergila lupa. Perhiasan berupa materi mampu menyulap hati, sehingga lalai mengingat mati ...
Sungguh! Dari arah mana yang telah membuat kita mampu berlaku sombong?!
"Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Abdurrahman bin Sakhr radhiyallaahu 'anhu, dia berkata, Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allaah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian."
(HR.Muslim: 2564/ 34).
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allaah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)?
Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik."
(Qs. Al-Hadiid: 16).
Allaahu a'lam.
Source : Shaalih
















Penyesalan

Bismillaah ...
Sebagai manusia biasa, kita tidak luput dari kesalahan dan selalu menyesal setelah melakukannya. Semua manusia pernah bahkan mungkin sering merasa menyesal. Sangat manusiawi kiranya jika ada penyesalan, tapi yang berbahaya adalah penyesalan yang berkepanjangan, tidak bisa melupakan kesalahan masa lalu ..
Andi adalah seorang anak muda yang akan di wisuda tidak lama lagi. Beberapa bulan ini dia telah mengincar dan menginginkan sebuah motor Ninja 250 cc terbaru yang terpajang disebuah dealer motor. Sedangkan dia sadar bahwa ayahnya mampu untuk membelikannya, maka dia memohon kepada sang ayah, dan memberitahu bahwa hanya itu saja yang dia ingin dan idamkan.
Sayu bahagia hari wisuda semakin dekat, Andi menunggu tanda-tanda dari ayahnya, agar dia membeli motor yang disenangi itu. Akhirnya di pagi hari wisuda, ayah memanggil dan mengajaknya ke ruangan pribadi. Beliau memberitahukan, betapa bangga dirinya memiliki anak lelaki seperti Andi, sembari meluahkan kata sayangnya terhadap sang anak. Lantas, dia menyodorkan Andi sebuah bungkusan kotak sebagai hadiah. Dengan perasaan penasaran bercampur kesal, anak muda itupun membuka hadiah tersebut dan ternyata isinya adalah sebuah kitab al Quran yang mahal, disertai sarung kotaknya. Nama Andi yang dibentuk ukiran juga terpampang disampul kitab itu.
Merasa kecewa dan marah, Andi spontan meninggikan suaranya, berteriak:
"Dengan segala uang yang ayah miliki, ayah hanya membelikan aku al Quran?!!"
Sejurus kemudian dia segera meninggalkan rumahnya, juga al Quran indah itu ...
Tahun berganti tahun, waktu sedemikian cepat berlalu. Andi telah menjadi seorang pengusaha yang sukses di negara tetangga. Dia memiliki rumah megah nan indah dan keluarga yang bahagia. Suatu hari dia sadar bahwa ayahnya telah sangat tua dan memutuskan untuk menziarahinya. Sejak tragedi wisuda dahulu, dia tidak pernah lagi menjenguk ayahnya lantaran kesal dan kecewa. Sebelum dirinya membuat segala persiapan bagi keberangkatan kelak, tiba-tiba Andi menerima sebuah telegram mengabari bahwa ayahnya barusan meninggal dunia. Ayahnya juga telah mewasiatkan semua harta kepemilikannya kepada Andi, anak satu-satunya. Andipun bergegas pulang untuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan.
Tatkala tiba dipintu rumah, secara spontan kesedihan dan penyesalan merundung hatinya. Pengkebumian berjalan dengan penuh khidmat. Setelah acara pengkebumian, Andi mulai membereskan segala dokumen dan surat-surat penting sang ayah. Disitu juga, masih di atas meja seperti dahulu, tergeletak kotak hadiah berisi al Quran yang pernah dihadiahkan oleh mendiang ayahnya beberapa tahun silam. Dengan linangan airmata, Andi mulai membuka halaman demi halaman kitab suci tersebut. Sedang dia berbuat demikian, sebuah kunci terjatuh dari sisi belakang kitab. Sekeping kertas kecil telah terikat dilubang kunci dengan nama dealer motor yang pernah dikunjungi dahulu.
Dibawahnya juga tertulis tanggal pembelian (hari wisudanya) dan perkataan: "LUNAS."
"Ya Rabb kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi."
(al A'raaf: 23).
Dari Abdullah bin Amr radhiyallaahu 'anhu, beliau berkata:
"Ada seseorang yang datang kepada Rasulullaah seraya berkata:
"Saya datang demi berbai'at kepadamu untuk berhijrah, namun saya meninggalkan kedua orang tuaku menangis."
Maka, Rasulullaah bersabda:
"Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa, sebagaimana engkau membuat keduanya menangis.'"
(HR. Abu Dawud).
Allaahu a'lam.

Source : Shaalih

















Menangislah

Bismillaah ...
Sungguh rasa sedih dan tangis hanya menghampiri hati seseorang yang bersih. Hilangnya kesedihan dan tangisan hendaknya membuat kita bersedih, menyesal dan menangis, karena hal tersebut merupakan tanda musibah terbesar yang menimpa diri kita ...
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allaah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas (pada tubuh); yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allaah, dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang (berjihad) dijalan Allaah.
Adapun dua bekas itu adalah; bekas/ luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur dijalan Allaah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh Allaah."
(HR. Tirmidzi: 1669).
Ibnu Mas'ud radhiyallaahu 'anhu mengatakan: Suatu ketika Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku:
"Bacakanlah al Qur'an kepadaku."
Maka kukatakan kepada beliau: "Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al Qur'an kepada anda sementara al Qur'an itu diturunkan kepada anda?"
Maka beliau menjawab:
"Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku."
Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa'. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini:
"Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka."
(An-Nisaa': 40).
Maka beliau berkata:
"Cukup! Sampai di sini saja."
Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata."
(HR. Bukhari: 4763 dan Muslim: 800).
Subhanallaah! Manusia yang sudah jelas-jelas dijamin masuk ke dalam surgaNya, namun beliau masih menangis karena Allaah Ta'ala?
Hari ini, sebagian kita merasa bangga tatkala dia membusungkan dada seraya berkata:
"Aku tidak pernah meneteskan air mata seumur hidupku!!"
Mari tanyakan kepada mereka:

Apakah dia sadar apa yang diucapkannya?

Bagaimana pula keadaannya tatkala dilahirkan dan terbuka tirai dunia dihadapannya kala itu?

Ataukah dia telah terlupa?
Fa inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'uun ...
Allaahu a'lam. 
Source : Shaalih