Saturday 9 March 2013

Penyuluh Keimanan

Bismillaah ...
Sesungguhnya dengan berlayarnya bahtera kehidupan mengarungi samudera keimanan, semua pikiran dan tindak-tanduk tertumpu, bertaut kokoh seiring dan sejalan, disuluh hati dan amal.
Apabila hanya hati saja yang diutamakan, niscaya akan hilanglah sebagian syari'at yang mulia ini. Tentu kaum yang bersemangat meraih keimanan tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat lima waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar zakat dan shadaqah atau bersusah-payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah atau amal ibadah lainnya. Toh yang dinilai hanya hatinya saja ...
Dan sudah barang tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah), cukup mereka mengandalkan hati saja, sedangkan mereka adalah sebaik-baik manusia diatas permukaan bumi ini.
Akan tetapi apa yang kita dapati melalui fakta yang real dilapangan, justru sebaliknya, mereka adalah orang yang sangat giat beramal.
Perhatikanlah satu contoh indah diantara banyak contoh-contoh yang indah lainnya; ya'ni Urwah bin Zubair radhiyallaahu 'anhu, misalnya.
Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, bibinya adalah 'Aisyah radhiyallaahu 'anha, istri Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia dan jangan ditanya tentang hatinya. Dia adalah seorang yang paling lembut hatinya, meski demikian, masih bersusah payah untuk giat dalam beramal, bershadaqah dan ketika shalat didirikan, dia bagaikan sebatang pohon yang tegak, tidak bergeming karena lamanya ia berdiri sanking khusyu' bermunajat.
Aduhai! Betapa lalainya kita makhluk rapuh ini, yang terlalu banyak memanjangkan angan-angan dan harapan, padahal hati kita pastinya sangat jauh dari suci dan mulia jika dibandingkan dengan generasi pendahulu kita, para salafush shaalih ....
Digigit nyamuk, tak ayal membuat diri sibuk bak orang kesampuk. Kuping dimasukin semut saja, sontak melejit jiwa gelisah, tak menentu arah, layak pesakit kehilangan darah. Harta masih membuat diri tergila lupa. Perhiasan berupa materi mampu menyulap hati, sehingga lalai mengingat mati ...
Sungguh! Dari arah mana yang telah membuat kita mampu berlaku sombong?!
"Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Abdurrahman bin Sakhr radhiyallaahu 'anhu, dia berkata, Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allaah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian."
(HR.Muslim: 2564/ 34).
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allaah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)?
Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik."
(Qs. Al-Hadiid: 16).
Allaahu a'lam.
Source : Shaalih
















Related Post :

0 komentar:

Post a Comment