Showing posts with label TA'ADDUD. Show all posts
Showing posts with label TA'ADDUD. Show all posts

Sunday, 27 April 2014

Apa harus jadi janda dulu baru bisa terima poligami ?


Peringatan! Komentator di larang cakar-cakaran  
*status pengamatan kecil-kecilan*

** ** **
Pernah ndak sekilas dengar obrolan para suami yang lagi basa-basi sama ikhwan yang bujang mengenai memilih calis shalihah [calon istri] diantara nasihat mereka begini kurang lebih:
“Antum kalau cari akhwat untuk dijadikan istri pertama, sebaiknya antum pilih gadis muda yang menentramkan pandangan antum [cantik menurut antum]. Karna kalau di awal-awal antum asal pilih, apakah usianya yang jauh di atas antum, ataukah janda, atau yang wajahnyapun biasa aja menurut antum, maka jangan gigit jari jika nanti antum akan dipersulit untuk menikah lagi meski pada awalnya akhwat itu mengatakan akan mengizinkan antum poligami.

Namanya perempuan yaa akhi, apakah dia tua atau muda sama saja, kecemburuan mereka luar biasa, sudah akalnya kurang, terkadang kecemburuan mereka menutup akalnya pulak. Tidak jarang mereka menarik ucapannya yang semula mengizinkan antum poligami, ketika tiba masanya antum ingin menikah lagi, maka dia akan mencari banyak alasan untuk menggagalkan keinginan antum. Lebih-lebih jika dia mengetahui bahwa calon madunya memiliki kelebihan apakah ianya lebih muda, atau lebih cantik, atau hafizhah dan yang lain-lain.. maka jangan heran kalau ia akan mencari beribu alasan untuk menggagalkan rencana antum.

Nah kalau diawal pernikahan antum sudah memilih calis yang menentramkan pandangan antum, jika ternyata antum dipersulit poligami pun tidak terlalu kecewa, karna istri antum di rumah mampu membantu menundukkan pandangan antum dari wanita-wanita liar di jalanan.

Tapi jika diawal-awal antum asal pilih, dan fitnah syahwat masih sangat meresahkan antum meski antum sudah menikah, sedang istri antum tidak membolehkan antum menikah lagi, maka jangan menyesal jika antum hanya bisa gigit jari nantinya. He he he.”
** ** **
Di lain tempat, bahkan para ustadz pun angkat bicara, “Antum.. kalau nunggu istri antum ridho antum poligami, gak akan terjadi yaa akhi”
** ** **

Maka saya melakukan pengamatan kecil-kecilan dilingkungan saya tinggal, yang saya dapatkan:
#Semua meyakini bahwa poligami itu bagian dari syari’at.
#Banyak wanita yang mengaku, mengizinkan suaminya ber-poligami.
#Di antara yang mengizinkan suaminya ta’addud, maka diantara mereka:
-ada yang tetap monogami karna suaminya merasa belum mampu untuk melakukannya, 
-ada yang mengizinkan suaminya menikah lagi untuk yang ke-3 atau ke-4,
-adapun menikah untuk yang ke-2 sebagian mereka berupaya menggagalkan rencana suaminya krn khawatir cinta sang suami berkurang [admin megang kaca], 
-yang lainnya lagi berupaya menggagalkan setelah tau [merasa] bahwa calon madunya ternyata lebih unggul darinya entah calmad itu lebih muda, atau lebih cantik, atau lebih pintar atau yang lain-lain.
-de el el

#Diantara yang benar-benar mengizinkan, bahkan mencarikan, maka dari pengamatan kecil-kecilan ini membuahkan hasil:
-istri pertama belum juga bisa memberikan keturunan,
-istri pertama sudah menpos

Nah kalau sebatas dilingkungan saya, yang benar-benar terlaksana [yang bener-bener jadi ta’addud] adalah point *mengizinkan suaminya menikah lagi untuk yang ke-3 atau ke-4 dan *istri pertama belum juga bisa memberikan keturunan..
** ** **

Kejadian-kejadian NYATA yang terjadi ‘ketika si cantik dilanda cemburu’ yang sebelumnya mereka mengizinkan suaminya menikah lagi;

Sejenak rubah peran kita, bayangkan posisi kita pada calmad.. yang mana ia adalah seorang janda dengan anak
*Maunya sih bujang, tapi bujang maunya gadis..
*Yaudah duda juga gak apa-apa, sama saja.. duda ber-anak pun tidak papa.. dududu dudanya mau gadis juga, duda ber-anak juga mau gadis, kalaupun memang janda, maunya janda tanpa anak!
??? adanya apaaa ??? 
*tinggal lelaki beristri :’( beraaat rasanya, tapi gimana lagi? Siapa lagi? Ana sama seperti anti.. sebagaimana anti butuh seseorang untuk berbagi suka dan duka, seseorang yang dadanya sebagai tempat kita bersandar dan yang lain, maka ana pun begitu :’(

Beraaat.. karna disini ia tidak berhadapan dengan sang lelaki yang telah beristri.. tapi ia berhadapan dengan ISTRI nya yang sedang bergemuruh kecemburuan di dalam dadanya

Jadi gimana??? Jadi gimana kalau antunna ada di posisinya? Sendiri sampai mati??? Yakin?
**************************************************************** 
Catatan: status ini murni renungan untuk diri pribadi yang terkadang masih memperturutkan kecemburuannya :’(
Yang masih memiliki suami mari bersyukur, sesungguhnya diluar sana banyak saudari kita yang berjuang keras menafkahi anak-anaknya berperan ganda menjadi ibu dan ayah bagi anak-anaknya karna kesulitan mencari ayah untuk buah hatinya..
Ia kesulitan, bujang mana yang mau dengannya ?
Ia kesulitan, duda mana yang mau dengannya dan anak-anaknya ?
Ia kesulitan, istri mana yang ridha suaminya menikah lagi ?

taken from : Wall Fb

Saturday, 15 June 2013

Dunia tak hanya milik berdua

Saat kita jatuh cinta
Berjuta rasa merajai hati
Apapun kan kita lakukan
Demi orang yang kita cintai
Rasanya tak ada yang lebih indah
Selain memiliki orang yang kita cinta
Sepenuhnya……
Hanya milik kita
Selamanya…..

Saat cinta itu terangkum
Dalam ikatan suci di hadapan-Nya
Dunia semakin indah rasanya
Berjanji saling mencinta
Berjanji tuk saling setia
Seakan dunia hanya milik berdua

Dan Saat cinta harus diuji
Saat cinta harus terbagi
Seakan sebuah tragedi yang sedang terjadi
Berharap ini hanya mimpi

Ya Robb…. Kuatkan aku…
Jadikan aku ikhlas
Saat kuharus membagi cinta suamiku kepada wanita lain
Ya Robb…. Aku sadar bahwa aku tak berhak
Memiliki suamiku sepenuhnya
Dan aku tersadar jua bahwa
Dunia tak hanya milik Berdua….

Ya Robb…. Aku tau….
Suamiku yang selama ini menjadi Imam di hidupku
Dan aku adalah ma'mumnya
Berhak memiliki ma'mum yang lain
Demi tugas cintanya kepada-Mu

Ya Robb….
Aku percaya Dunia kan jadi Luar Biasa indahnya
Dengan cinta yang terbagi
Melalui sebuah Poligami
Karna Dunia tak hanya milik berdua
Kini, Dunia milik bersama
Aku, Suamiku, dan istri-istri suamiku yang lain
Mencinta Bersama…..
Setia Besama……
Semoga Cinta lebih bermakna….

***

'Bicara Madu'

Saudariku....
Kehadiranku mungkin tak pernah kau duga
Sama halnya denganku kadang masih tak percaya
Tapi apa yang terjadi kini, nyata adanya
Bahwa kita mencintai pria yang sama

Saudariku....
Jangan Pernah benci suamimu
Jangan pula kau benci aku sebagai madu
Karena kehadiranku bukanlah untuk mengambilnya darimu
Hanya izinkan aku mencintainya sepertimu

Saudariku.......
selayaknya kau bangga dengan suamimu yang mau berpoligami
Karena dia memiliki hati yang luas untuk mau berbagi
Ketika dia telah berhasil memimpinmu
Dia ingin wanita lain bisa merasakan
Kepemimpinannya sepertimu

Saudariku.....
Tak ada yang salah dengan poligami
Karena bagaimanapun poligami adalah hal yang dibolehkan dalam syariat
Lihatlah poligami secara haq sesuai tuntunan syariat
In sya Allah banyak cinta kan bersemi.....

Saudariku.....
Selayaknya kubangga pula denganmu
Yang telah rela berbagi kepada madumu
Terimakasih kau izinkan aku memilikinya
Bersama kita menjaganya selamanya
Dalam suasana poligami yang diridhoi-Nya

•unknown•

Thursday, 21 March 2013

Tidak Semudah itu Menaikkan Penumpang Baru


Dalam perjalanan kehidupannya, seorang anak cucu Adam 'alaihi sallam, semasa mudanya berusaha membangun sebuah bahtera, sebuah tempat yang akan ia gunakan untuk melayari kehidupan ini dengan wanita yang kelak menjadi jodohnya, menjadi asisten nahkoda yang membantunya dalam melayari kehidupan ini dengan segala badai dan topan yang melanda, dengan segala karang tajam yang menghadang. Maka ia berusaha menyiapkan sebuah bahtera yang kuat lagi nyaman untuk memulai sebuah pelayaran.

Seorang lelaki yang sholih lagi sederhana, tidak banyak memiliki keinginan atas dunia ini, maka dia memilih seorang asisten nahkoda yang memiliki pemahaman dan keinginan yang sama. Dan setelah bahtera itu telah siap, dia memandang ke depan, di sana terbentang samudera luas kehidupan, dan kini dia tidak sendiri, telah berdiri dengan tegar sesosok wanita yang menemaninya dan menggenggam erat tangannya, bahu membahu dalam mengatur jalannya bahtera, yang kadang berjalan kencang atau kadang tertabrak karang tajam, namun keduanya melalui semuanya dengan bekal ilmu dan rohmat dari Allooh Ta'ala, hingga bahtera mereka tetap kokoh dan semakin terarah maju ke depan. Diantara deraan badai dan karang tajam, sang nahkoda senantiasa mengambil sikap tegas dan bekerja sama dengan asistennya melewati segala rintangan dengan cerdas dan baik.

Dan hingga sang asisten nahkoda memberikan izin untuk menaikkan penumpang baru dalam bahtera mereka, dengan pemahaman yang baik akan hukum-hukum dan resiko yang akan ditempuhnya, sang asisten nahkoda menyisihkan tempat baru untuk penumpang berikutnya menuju pelayaran kehidupan mereka.

Namun sang nahkoda adalah lelaki yang sholih lagi cerdas, ia mengetahui dengan benar keadaan setiap sudut dari bahtera yang dikemudikannya, dia hafal setiap retak dan celah yang bisa berpotensi menenggelamkan bahteranya. Dengan adanya izin dari asisten nahkoda, dia tidak serta merta menaikkan penumpang lain hanya untuk keperluan syahwatnya atau memuaskan dirinya. Namun ia mempertimbangkan dengan matang urusan penumpang kedua ini. Ia mengetahui dengan baik resiko besar yang akan diterimanya jika dia tidak mampu memberikan keadilan kepada dua asisten atau lebih dalam pelayarannya. Sungguh balasan di ujung pelayarannya yang akan dia dapatkan tidak sebanding dengan nikmatnya memiliki dua asisten dalam bahteranya.

Rasulullah shallallaahi 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memiliki dua orang istri, lalu ia condong kepada salah seorang dari keduanya, maka ia akan datang pada hari kiamat sedangkan bahunya dalam keadaan miring sebelah.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwail Ghalil : 2017)

Sang nahkoda memahami dengan baik bahwa pelayaran dengan dua asisten nahkoda akan menemui badai dan karang tajam lebih banyak lagi, sungguh... pelayaran berikutnya dengan dua asisten nahkoda tidak akan semudah yang dilaluinya dengan hanya satu asisten saja. Dia akan menyadari, bahwa tanggung jawabnya bertambah, dalam memberikan nafkah dan pendidikan, harus meluangkan waktu lebih banyak kepada masing-masing dari mereka dan belum lagi ketika kecemburuan menyapa, atau saat keduanya memerlukan sang nahkoda pada saat bersamaan, sungguh bukanlah sebuah pelayaran yang mudah, tidak akan seperti anggapan kebanyakan manusia akan indahnya melayari samudera dengan dua asisten nahkoda.

Karena itu dia tidak sembarang menaikkan penumpang berikutnya, ketahuilah bahwa memilih asisten yang kedua tidak semudah saat memilih yang pertama, bahwa asisten kedua adalah seseorang yang berjiwa mulia dan berakhlak sholihah, memiliki ilmu yang baik dalam pelayaran yang memiliki asisten ganda, paham akan hak dan kewajibannya, dan yang terpenting mampu bekerja sama dengan asisten pertama, saling tolong menolong dalam kebaikan membantu sang nahkoda. Dan mencari yang demikian sungguh betapa susahnya.

Sang nahkoda tidak ingin justru penumpang kedua akan melubangi bahtera mereka, dia tidak ingin justru pelayaran mereka akan hancur di tengah jalan, karena itu ia tidak tergesa-gesa menaikkan penumpang, dia berpikir matang dalam usahanya mewujudkan keinginan asisten pertama yang ingin memiliki teman. Lima tahun telah berlalu, entah lima tahun ke depan, jodoh adalah bagian dari rizki, dan bagian dari takdir. Maka sang nahkoda memahami benar pelayarannya akan berakhir dengan baik dan aman hingga tujuan jika dia menataati jalur yang telah diberikan oleh Allooh Ta'ala, Kitabullooh dan Sunnah. Entah hanya dengan satu asisten atau kelak lebih... walloohu a'lam, dia hanya berusaha yang terbaik bagi penghuni bahteranya. Mereka adalah tanggung jawabnya.

Semoga nahkoda lain mampu mempertimbangkan yang serupa, mengangkut penumpang lebih dalam satu bahtera dengan ikhlas karena Allooh agar dia selamat sampai ke tujuan bersama memang mulia, namun janganlah tergesa-gesa, lihatlah kemampuanmu dalam mengemudikan bahtera itu, lihatlah perbekalanmu, lihatlah kondisi bahteramu, masih mampukah menambah penumpang lagi atau tidak, jika memang tidak mampu, maka jangan memaksakan diri, jika memang mampu untuk menambah penumpang maka hendaknya berhati-hati dan tidak tergesa menaikkan penumpang, pilihlah yang terbaik dan sholihah yang mampu membantumu dalam pelayaranmu dan mampu bekerjasama dengan istrimu, saling mengasihi dan cinta karena Allooh Ta'ala. Walloohu a'lam.

Source : Andi Abu Hudzaifah Najwa

Sunday, 3 February 2013

BBM SEORANG ISTRI SHOLEHAH YANG AKAN DIPOLIGAMI KEPADA SANG SUAMI:


Bismillah. Suamiku...sudah cukup panjang waktu yang telah kuhabiskan bersamamu...

Banyak sekali kenangan tentangmu yang kusimpan rapi dihatiku...
Kenangan indah dan buruk yang telah kita lalui bersama-sama...dengan tangisan dan canda tawa yang menghiasinya.
Suamiku...tidak pernah puas rasanya menghabiskan hari-hariku bersamamu, dan ingin rasanya selalu berada di dekatmu.
Sayang...mendampingimu dan mencintaimu adalah sesuatu yang terindah dalam hidupku.
Walaupun telah banyak deraian air mata yang tercurah untukmu...akan tetapi itu tidak pernah sedikitpun merubah rasa cintaku kepadamu.
Suamiku....Walau begitu besar rasa cintaku padamu...akupun menyadari kau bukanlah milikku. Aku mencintaimu suamiku...amat sangat mencintaimu.
Aku tahu niatmu amatlah sangat kuat..dan aku ingin membahagiakanmu suamiku. Tidak ada sesuatu yang amat sangat berharga yang dapat aku persembahkan untukmu wahai makhluk Allah yang amat aku cintai selain memberikan apa yang selama ini kamu impi-impikan.
Aku istrimu yang penuh dengan kekurangan, keburukan, dan kehinaan ini, ingin menyatakan sesuatu...: Aku istrimu -dengan mengharap wajah Allah- aku ridho dengan keputusanmu. Menikahlah suamiku...Gapailah impianmu. Aku ridho dengan semua ketentuan Allah dan aku akan terus berusaha mengesampingkan perasaanku.
Aku tahu ini pasti amatlah berat untukku, tetapi aku yakin Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita. Semoga Allah memberikan istri yang baik untukmu, seorang istri yang shalihah yang mencintaimu karena Allah. Yang membuat engkau semakin dekat dengan Allah...sehingga kau pun semakin dekat denganku dan anak-anakku..bukan semakin menjauh....

Firanda berkata : Sang suami yang akan berpoligami adalah teman dekat saya....kita doakan semoga Allah tetap menjadikan mereka pasangan yang mesra dalam menjalankan sunnah-sunnah Nabi dan semakin dekat kepada Allah..., dan semoga harapan sang istri yang sholehah juga terwujudkan oleh Allah...aamiin


Source : Ust. Firanda

10 Renungan Tuk Yang Ngebet Poligami


(1) Tentu poligami merupakan syari'at yang mulia, karena memperhatikan maslahat umum, meskipun mengakibatkan kezoliman akan tetapi bersifat individual yaitu terhadap istri pertama. Bukankah istri ke2, ke3, dan ke4 mendapatkan kemaslahatan?

(2) Tidak semua peminat poligami bisa menjalankannya..., bagi seseorang yang tidak adil, maka akan dipermalukan oleh Allaah pada hari kiamat dengan menjadikan badannya miring. Tidak malukah anda jika ternyata anda dipermalukan dan dibongkar aibnya dihadapan khalayak??. Adapun yang mampu maka badannya tegak lurus dan PeDe !!

(3) Jika utk menikahi istri yang pertama syari'at mempertimbangkan kemampuan ekonomi, bagaimana lagi untuk yang ke2,ke3,dan ke4??. Mungkin ada yang nyeletuk, "Para sahabat miskin aja poligami?". Memang benar..., jika anda bertakwa, berusaha, bertawakkal sebagaimana para sahabat maka silahkan...

(4) Jika anda ingin poligami karena ingin menjaga pandangan atau agar bisa terhindar dari zina, maka itu tujuan yang diperbolehkan, maka tidak perlu anda mengatakan : "Saya poligami bukan karena syahwat, tapi ingin menjalankan sunnah Nabi". Kalau syahwat tidak punya peran kenapa tidak mencari janda yang tua sekalian? Kan lebih banyak pahalanya !!

(5) Islam dibangun atas menimbang antar maslahat & mudhorot. Karenanya perlu persiapan matang dan lama untuk berpoligami. Coba timbang-timbang, apakah setelah poligami anda lebih banyak memperoleh kemaslahatan? Ataukah sebaliknya?

(6) Menurut pengamatan..., suksesnya poligami sangat terkait dengan peran dan sikap istri pertama, maka butuh waktu dan kesabaran mendidik istri pertama

(7) Jika akhirnya antum berpoligami dan mendapatkan istri ke2 yang lebih muda dan cantik, maka janganlah pernah lupa perjuangan dan kebaikan istri pertama dalam membina rumah tangga sehingga akhirnya anda siap poligami, membina anak-anak, kesibukannya yang banyak membuat dia tidak sempat merawat diri dan kecantikannya.

(8) Karenanya lebih mengalah dan memberi udzur terhadap istri pertama jika ada sikap-sikapnya yang salah setelah anda berpoligami. Tanamkan hal ini juga kepadaistri barumu agar ia lebih menghormati dan mengalah terhadap istri pertama

(9) Poligami merupakan amalan sholeh, karenanya bisa jadi seseorang riyaa' dengan "memamerkan" poligaminya

(10) Berusahalah menjadi pelaku poligami yang sukses sehingga mengharumkan sunnah Nabi, dan janganlah sebaliknya -sebagaimana yang sering terjadi- sehingga memperburuk kesan syari'at poligami

Source : firanda.com

RINTIHAN POLIGAMI


RINTIHAN POLIGAMI (seakan-akan ia berkata):

(1) Mereka memusuhiku...padahal aku datang dari sisi Robb mereka..
Jika yang memerangiku orang-orang kafir yang membenci Muhammad dan umatnya maka aku tidak peduli...akan tetapi ternyata yang memerangiku
para wanita muslimah..., bahkan para wanita ngaji !!

(2) Orang-orang kafir terus memusuhiku, menghinaku sebagaimana sikap mereka terhadap hukum waris yang mereka anggap tidak adil, karena jika mereka berhasil menikamku maka jatuhlah syari'at Muhammad dan kenabiannya dihadapan mereka...
Apakah mereka lupa bahwa Nabi-nabi mereka Dawud dan Sulaiman-disebutkan dalam injil mereka- juga berpoligami ?

(3) Bukankah kebanyakan mereka -sekarang ini- juga berpoligami bahkan lebih dari 4 wanita ?, hanya saja tanpa pernikahan resmi (alias zina!), tanpa ada pengingkaran sama sekali dari mereka?, lantas poligami yang penuh aturan kenapa harus mereka ingkari?

(4) Aku adalah anugrah yang Allaah turunkan bagi hamba-hambaNya...akan tetapi banyak yang tidak menyadarinya...atau tidak mau menyadarinya...
Bahkan aku adalah mukjizat Allaah, karena aku memperhatikan kemaslahatan umum...bukan hanya kemaslahatan pribadi. Boleh jadi istri pertama merasa mendapatkan kemudhorotan atau merasa dizolimi akan tetapi masih terlalu banyak janda...perawan tua...bahkan perawan muda...yang menanti-nanti kehadiranku ! Bukankah :
- jumlah para wanita lebih banyak dari jumlah para lelaki?
- selain sedikit, ternyata tidak semua lelaki dewasa siap menikah, ia harus mempersiapkan ekonomi dan mentalnya. Berbeda dengan wanita, jika sudah baligh siap nunggu lamaran menyapa..
- selain sedikit, aktivitas kerjaan para lelaki lebih menantang kepada kematian..
- para lelaki juga tidak ada liburnya, tidak ada haid dan nifas yang berkepanjangan, selalu produktif.

(5) Bukankah dengan kehadiranku banyak permasalahan sosial yang bisa diatasi ?, mengurangi praktik seksual yang salah dan haram?
Bukankah dengan kehadiranku akan memperbanyak kelahiran umat dan pasukan Nabi ?, sukakah anda menyenangkan hati Nabi pada hari kiamat kelak yang bangga dengan banyaknya umatnya dihadapan umat-umat dan nabi-nabi yang lain?

(6) Wahai para wanita muslimah...sungguh ANEH...
- Sebagian wanita memilih lebih baik di racun (suaminya berzina) daripada di madu (suaminya berpoligami)...
Ini adalah tanda rusaknya fitroh sang wanita...
Ia tidak mau membagi cinta kekasihnya kepada sahabatnya sesama muslimah...egois ia kedepankan daripada sikap perhatian terhadap sesama muslimah...
Akan tetapi ternyata ia mampu untuk membuang ego-nya tatkala cinta kekasihnya dibagikan kepada para wanita pelacur...!!!
- Sebagian wanita memandang bahwa jika ia dipoligami berarti ia tdk sukses dan telah gagal dalam melayani suami !!, atau merasa suaminya tidak lagi mencintainya...ini adalah kelaziman yang tidak lazim !!!. Bukankah Aisyah adalah istri yang paling dicintai Nabi? Ternyata setelah menikahi Aisyah, Nabi masih menikah lagi dengan sekitar 7 wanita yang lain

(7) Sebagian wanita menghujatku... padahal aku tidak pernah bersalah...yang bersalah adalah para lelaki yang tidak bertanggung jawab dalam menjalaniku...

(8) Wahai ukhti... Jika engkau tidak sudi denganku... Maka janganlah kau benci diriku...jangan pula kau ajak suamimu untuk memusuhiku...apalagi berkampanye kepada para ibu-ibu untuk memusuhiku..ingatlah aka datang dari Robbmu..., jangan kau bantu propaganda orang-orang kafir yang membenci syariat Robbmu. Doakan saja semoga para lelaki bisa menjalaniku dengan baik.



http://m.youtube.com/results?gl=GB&client=mv-google&hl=en-GB&search_type=search_all&q=poligami+sebuah+pembelaan+3&submit=Search

Antara Madu Dan Racun ?! ('Tuk Ukhti…Yang Diselimuti duka nestapa karena Dimadu…)


Ukhti Muslimah…
Ketahuilah…, bahwa sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta'aala tidak akan membiarkan hambaNya berkata "Kami telah beriman" begitu saja…, karena pengakuan itu membutuhkan bukti dalam kehidupan…
Ukhtii….
Jika sekiranya suatu saat engkau diuji dengan poligami atau hal itu saat ini sedang engkau hadapi…kem
udian engkau memaksakan suamimu memilih alternatif yang kau sodorkan….
Tinggalkan maduku…, Abaikan dan campakan dia…
Atau…
Berpisahlah dariku !!!

Pilihan ini pada hekekatnya adalah beban dan resiko bagi orang yang selama ini engkau cintai. Tak terbayangkah olehmu, jika ia mengambil pilihan kedua…lalu ia meninggalkanmu…??, apakah itu menyelesaikan permasalahan hidupmu??, ataukah itu hanya menimbulkan permasalahan-permasalahan yang baru dalam hidupmu??
Mungkin engkau berkata, "Biarkanlah itu terjadi…"
Ukhtii muslimah…
Memang kau tidak pernah takut menjalani dan menghadapi kehidupan tanpa suami.., maka kutanyakan kepada hati kecilmu…kutanyakan kepada imanmu… kutanyakan kepada akal sehatmu…, Manakah yang lebih baik, membagi cinta dan kebahagiaan yang ada, ataukah mencampakkannya…?
Jika kau katakan bahwa :
"Lebih baik tak bersuami dari pada membagi cinta kepada yang lain…".
Maka kukatakan kepadamu, "Mungkin engkau tegar dalam kesendirianmu, namun…tidakkah kau risaukan nasib anak-anakmu..??"
Kau mungkin tidak akan mengabaikan mereka…, namun ketahuilah, bahwa kasih dan sayang tidak dapat dibeli dengan harta dunia. Anak-anakmu tetap membutuhkan belaian kasih sayang ayah mereka…, membutuhkan kebersamaanmu dan suamimu. Aku yakin engkau tahu itu…namun kau sengaja tidak ingin mengerti karena keegoisan cintamu !!
Ukhtii fillah…
Aku bertanya kepadamu…, apakah manfaat dan faedah jika engkau menerima madumu sebagai racun dalam kehidupanmu…?? Sehingga engkau menjalani hidup bersama suamimu hampir-hampir tanpa cinta dan kerinduan..
Dan tatkala suamimu bersama madumu…kau tinggal dalam kesendirian dengan penuh dendam dan permusuhanmu…
Apakah kehidupan seperti ini membahagiakanmu??, apakah kehidupan seperti ini menambah cinta suamimu kepadamu..??
Engkau menjadi wanita yang hidup tanpa cinta…, tanpa perasaan…tanpa kerinduan…, tersiksa…, gelisah.., dendam yang membara…, deraian tangisan yang tak kunjung henti…, engkau seperti wanita yang hidup dalam kematian…
Semua itu…karena kau telah menjadikan madumu sebagai racun cinta dan kebahagiaanmu. Kau meneguknya bersama kemarahan dan kebencian…perlahan-lahan racun itu menjalar ke seluruh tubuhmu…. Dan jika tidak memakan jasadmu maka akan memakan hatimu

(Diringkas dari buku Risalah Cinta Yang Merindu hal 57-60, buah pena Ali Ahmad bin Umar hafizohullah, dengan sedikit perubahan redaksi)

Source : Ust. Firanda

Monday, 20 December 2010

Kecemburuan Wanita dan Hikmah Ta’addud (Poligami)

Penulis: Ummu ‘Abdillâh Al-Wâdi’iyyah hafizhahallâh

Berkata Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah (9/320): “Telah bercerita kepada kami ‘Ali, ia berkata telah berbicara kepada kami Ibnu ‘Aliyah dari Humaid dari Anas, ia berkata: “Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berada di tempat sebagian istrinya. Lalu salah satu dari Ummul Mukminin mengirim piring yang berisi makanan, maka istri Nabi yang sedang berada di rumahnya memukul tangan pelayan itu, sehingga jatuhlah piring tersebut dan pecah. Kemudian Nabi memunguti pecahan piring dan makanan, sambil mengatakan: ((غَارَتْ أُمُّكُمْ)) “Ibu kalian cemburu.” Lalu beliau menahan pelayan tersebut sampai beliau menggantinya dengan piring milik istri yang beliau sedang di rumahnya. Lalu beliau memberikan piring yang utuh kepada istri yang piringnya pecah, dan menahan piring yang sudah pecah di rumah istri yang telah memecahkan piring tersebut.”"
Kata اَلْغِيْرَةُ (cemburu) adalah pecahan dari kata تَغَيُّرُ القَلْبُ (berubahnya hati/tidak suka) dan هَيْجَانُ الغَضَبُ (berkobarnya kemarahan), karena adanya persekutuan (persaingan) dalam hal-hal yang dikhususkan. Dan yang paling dahsyat adalah yang terjadi antara suami dan istri sebagaimana dalam Al-Fath (9/320).
Dan cemburu itu ada dua macam: yang terpuji dan yang tercela. Cemburu yang terpuji adalah cemburu yang tidak melewati batas syari’at. Sedang cemburu yang tercela adalah cemburu yang melewati batas syari’at. Maka jika kecemburuan itu melewati batas syari’at akan menjadi tercela karena ia akan mendorong pelakunya untuk menuduh orang lain, terutama tuduhan suami terhadap istrinya. Padahal Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.” (Al-Hujurat: 12)
Dan di dalam Shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إِيَّكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيْثِ))
“Jauhi oleh kalian prasangka karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan.”
Demikian juga kecemburuan istri pada suaminya adalah terpuji selama tidak melewati syari’at. Di antara ujian bagi istri adalah hebatnya rasa cemburu jika suaminya hendak menikah lagi. Bahkan karena dahsyatnya kecemburuan seorang istri terhadap suaminya sering menyeretnya kepada perbuatan yang diharamkan Allah, misalnya dengan melakukan praktek sihir agar suaminya benci kepada madunya. Padahal sihir itu adalah kekufuran, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
﴿وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْاْ بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُواْ واتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِّنْ عِندِ اللَّه خَيْرٌ لَّوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak member manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarkan (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.” (Al-Baqarah: 102-103)
Imam Bukhari rahimahullah mengatakan (5/393): “Telah bercerita kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah, ia berkata telah bercerita kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Tsaur bin Zaid Al-Madini dari ‘Abdul Ghaits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
((اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ)) قَلوا: يا رسول الله! وَمَا هنَّ؟ قال: (( الشِرْكُ بِاللهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلا بِالحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيْمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَات الغَافِلاتِ))
“Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa gerangan (yang tujuh) itu?” Beliau menjawab: “(Yaitu) menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan yang haq, makan riba, makan harta anak yatim, melarikan diri dari peperangan, menuduh wanita baik-baik yang lengah lagi beriman (berbuat zina).”
Berkata Al-Hakim rahimahullah (4/217): “Telah bercerita kepada kami Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdullah Az-Zahid Al-Ashbahani, ia berkata telah bercerita kepada kami ‘Ubaidillah bin Musa, ia berkata telah bercerita kepada kami Israil dari Maisarah bin Habib dari Al-Minhal bin Amir dari Qais bin As-Sakan Al-Asadi, ia berkata: “Masuklah ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ke tempat seorang wanita (salah satu keluarganya) dan dia melihatnya memakai jimat dari al-hamrah. Lalu ‘Abdullah bin Mas’ud memotongnya dengan keras dan mengatakan: “Sesungguhnya keluarga ‘Abdullah tidak butuh pada syirik. Dan mengatakan: ‘Termasuk perkara yang kami jaga dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (adalah sabdanya):
((أَنَّ الرُّقَى وَالتَّمَاإِمَ وَالتِّوَلَةَ مِنَ الشِرْكِ))
“Sesungguhnya mantera-mantera, dan tamaim/jimat dan tiwalah1 adalah syirik.” Hadits ini hasan sebagaimana dalam Ash-Shahihul Musnad (2/18).
Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan kekufuran penyihir, bahwasanya diharamkan untuk melakukan apapun dari perbuatan tukang sihir, dan seorang tukang sihir tidak mungkin belajar sihir kecuali dengan perantaraan para setan. Kemudian mudharat (keburukan) dan manfaat datangnya dari Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yunus: 107)
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Katakanlah: ‘Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?’ Katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku.’ Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.”
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا ۖ كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ﴾ [الأنعام: ١٧]
“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tipa-tiap sesuatu.” (Al-An’am: 17)
Dan dalam ayat lainnya:
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya, dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Fathir: 2)
Jadi, mudharat dan manfaat adalah di tangan Allah. Maka orang yang menggunakan sihir, jika dia berkeyakinan bahwa dia bisa menimbulkan mudharat atau mendatangkan manfaat di samping Allah maka diakafir, karena ia mendustakan Al-Qur’an. Dan jika tidak berkeyakinan seperti itu, akan tetapi menggunakannya sebagai sebab, maka itu adalah suatu bentuk kesesatan, karena yang boleh dijadikan sebab aalah perkara yang mubah. Dan jika engkau melakukan hal itu berarti engkau telah mendahulukan kehidupan dunia di atas kehidupan akhirat. Barangsiapa yang lebih menyukai kehidupan dunia di atas kehidupan akhirat maka ia sesat dengan kesesatan yang nyata. Dan ia rugi dunia serta akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-39)
Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keutungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” (Asy-Syura: 20)
Oleh sebab itu waspada dan berhati-hatilah dari kecelakaan besar ini, jangan sampai setan memperdayamu hanya karena ingin mendapatkan kelezatan dunia dan kesenangan yang bakal sirna yang akhirnya kamu terjerumus ke dalam kekufuran. Hanya Allah satu-satunya tempat berlindung.
Maka demi Allah wahai wanita, para hamba Allah, suamimu tidak akan memberi manfaat bagimu dan hisablah dirimu sendiri sebelum engkau dihisab. Dan tidak jarang hal itu mendorong sebagian wanita berangan-angan seandainya poligami (beristri lebih dari satu) tidak pernah disyari’atkan. Sedangkan yang lain, hal tersebut mungkin membuatnya benci kepada syari’at karena dibolehkannya poligami (bagi pria). Adapula yang barangkali mengharapkan suaminya mati saja, jika dia ingin beristri lagi. Dan berapa banyak yang seperti ini!!
Sebagian wanita lainnya tidak dapat berbuat apa-apa (tidak melakukan pertentangan ketika suaminya kawin lagi, -pent.), akan tetapi lisannya selalu menyerang madunya dengan cacian, ghibah, dan namimah, maka kepada Allah satu-satunya tempat bagi kita untuk minta pertolongan.
Adapun wanita yang beriman sikapnya terhadap masalah ini adalah mengakui dan menyadari bahwa apa yang ada, dan terjadi di alam ini adalah taqdir/ketetapan Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
﴿وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًا
“Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (Al-Ahzab: 38)
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Al-Qamar: 49)
Betapapun kamu ditimpa suatu musibah di dunia ini, tidak ada artinya kalau disbanding dengan keselamatan dienmu (imanmu), hendaknya kamu banyak berdo’a. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
﴿وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Rabbmu berfirman: ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…’” (Ghaafir: 60)
Hendaknya kamu berusaha melawan perasaan yang muncul di hatimu untuk menyusahkan madumu, padahal ia seorang wanita seperti kamu juga maka untuk apa kamu engkau sampai pada perbuatan itu? Dan kalau kita mau berpikir wahai para wanita, tentulah kita tidak akan menyibukkan diri kita dengan hal itu. Padahal kecemburuan seperti ini juga muncul pada istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dilebihkan oleh Allah melalui firman-Nya:
﴿يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ
“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.” (Al-Ahzab: 32)
Sebagai contoh kecemburuan mereka adalah pada hadits yang telah lalu. Juga dalam Shahihain dari hadits ‘Aisyah, ia berkata:
“Tidaklah aku cemburu pada seseorang dari istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya sekalipun. Akan tetapi beliau sering sekali menyebutnya, dan sering kali beliau menyembelih kambing kemudian memotongnya sebagian dan diberikan kepada teman-teman Khadijah maka aku katakana: ‘Seolah-olah tidak ada di dunia ini kecuali Khadijah.’ Maka beliau jawab: ‘Sesungguhnya ia dahulu ada dan darinya aku mempunyai anak.’”
Berkata Al-Iman Bukhari rahimahullah (7/134): “Dan berkata Isma’il bin Khalil, ia berkata telah mengabarkan kepada kami ‘Ali bin Musher dari Hisyam dari bapaknya dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
“Halah binti Khuwailid -saudaranya Khadijah- meminta izin menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau mengenal minta izin (saudaranya) Khadijah, maka beliau gembira karena itu dan mengatakan: ‘Ya Allah (ternyata) engkau Halah.’ Ia (‘Aisyah) berkata: ‘Maka aku menjadi cemburu, lalu aku katakan: ‘Engkau tidak menyebut seorang tua dari orang tua Quraisy yang merah kedua sudut mulutnya, sehingga Allah telah menggantinya dengan yang lebih baik.””
Dan makna merah kedua sudut mulutnya adalah kinayah dari ompong gigi-giginya, ini dikatakan oleh Al-Hafizh dan juga An-Nawawi serta lainnya. Sedangkan perkataan ‘Aisyah pada hadits yang sebelumnya: “Tidaklah aku cemburu…”, berkata Al-Hafizh (7/136): “Padanya terdapat kepastian adanya sikap cemburu, dan itu bukan sesuatu yang diingkari bila terjadi pada wanita-wanita yang mulia, lebih-lebih selain mereka.”
Berkata Al-Imam Bukhari (9/310): “Telah bercerita kepada kami Abu Nu’aim, ia berkata telah bercerita kepada kami ‘Abdul Wahid bin Aiman, ia berkata telah berkata kepadaku Ibnu Abi Mulaikah dari Al-Qasim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak safar beliau mengundi di antara istri-istrinya kemudian undian itu jatuh kepada ‘Aisyah dan Hafshah. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila tiba waktu malam beliau (biasa) berjalan bersama ‘Aisyah sambil berbincang-bincang, maka berkatalah Hafshah: ‘Maukah kamu malam ini naik tungganganku dan aku menaiki kendaraanmu, kamu melihat dan aku melihat (pemandangan yang berbeda -ed)?’ ‘Aisyah berkata: ‘Tentu.’ Maka naiklah ia dan datanglah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke onta ‘Aisyah yang di atasnya terdapat Hafshah, beliau memberinya salam, kemudian berjalan sehingga sampai ke suatu tempat dan ‘Aisyah kehilangan beliau. Ketika mereka turun, ‘Aisyah letakkan kedua kakinya di antara al-idzkhir, dan berkata: ‘Wahai Rabbku, aku mampu (menahan sakit disengat) kalajengking atau seekor ular, (tetapi) aku tidak mampu untuk mengatakan sesuatupun kepada beliau (karena cemburu).’
Demikian pula cemburu yang dijumpai pada wanita selain mereka dari kalangan shahabat yang mempunyai keutamaan. Berkata Al-Imam An-Nasai (6/69): “Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, ia berkata telah bercerita kepada kami An-Nadhr, ia berkata telah bercerita kepada kami Hammad bin Salamah dari Ishaq bin ‘Abdullah dari Anas mereka mengatakan:
يا رسول الله ألا تتزوَّج من نساء الأنصار. قال: ((إِنَّ فِيهِمْ لَغَيْرَةً شَدِيدَةً))
“Wahai Rasulullah tidakkah engkau menikahi wanita Anshar?” Beliau menjawab: “Sesungguhnya pada mereka ada kecemburuan yang sangat besar.” Hadits ini shahih.
Sedangkan terjadinya kecemburuan pada kita sangat lebih memungkinkan, maka yang wajib (bagi kita) adalah bersabar. Bahkan termasuk buah keimanan terhadap taqdir adalah sikap sabar sebagaimana dikatakan oleh Ayahanda dan syaikh (guru)-ku dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih fil Qadar. Dan perbuatan Allah ‘Azza wa Jalla semuanya mengandung hikmah, sedangkan hikmah itu kadang nampak dan terkadang tidak nampak. 

Di antara hikmah beristri lebih dari satu (poligami):

1. Dengan banyaknya istri akan memperbanyak keturunan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((تَنَاكَحُوا تَنَاسَلُوا؛ فَإِنِّي مُبَاةٍ بِكُمُ الأُمَمَ))
“Menikahlah kalian dan buatlah keturunan karena aku berbangga dengan kalian di depan umat-umat yang lain.”
2. Terkadang wanita itu ada yang mandul tidak bisa beranak, maka manakah yang lebih utama? Apakah mencerainya atau tetap bersamanya menikah lagi, manakah yang lebih utama? Membiarkan suami tanpa keturunan atau dia menikah lagi? Jawabnya, yang lebih utama adalah tetap bersamanya dan membiarkannya menikah lagi.
3. Wanita pada saat nifas dan haidnya seringkali suami tidak bisa sabar menahan sehingga akan menyeretnya pada sesuatu yang haram, dan jalan keluar dari masalah ini adalah dengan suami menikah lagi.
4. Kadang pada wanita ada beberapa aib (kekurangan) maka yang lebih utama adalah suami menikah lagi dan tidak menceraikannya.
5. Bisa jadi wanita seringkali sakit, maka yang lebih utama adalah suami menikah lagi dan tidak menceraikannya, atau mungkin ia sabar atas istrinya akan tetapi dia tidak kasihan terhadap dirinya.
6. Banyaknya istri (poligami) akan mempererat hubungan beberapa keluarga. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
“Dan Allah (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah2 dan adalah Rabbmu Maha Kuasa.” (Al-Furqan: 54)
7. Seorang wanita itu harus ada orang yang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berupa nafkah dan lainnya, maka dengan poligami seorang suami yang akan melaksanakan hal itu. Dan ilmunya berada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Footnote:
1 Tiwalah adalah guna-guna/sesuatu yang dibuat agar suami mencintai istrinya atau sebaliknya -penerbit.
2 Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang terjalin karena sebab perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua, dan sebagainya -penerbit.

(Sumber: نصيحتي للنساء قضاياتهم المرأة فتاوى للنساء karya Ummu ‘Abdillâh Al-Wâdi’iyyah. Edisi Indonesia “Wahai Muslimah Dengarlah Nasehatku“; bab Kecemburuan Wanita, hal 187-196. Penerjemah: Abu Yahya Apri, Rusdi Abu Salamah, & Hannan Hoesin Bahanan. Editor & Muraja’ah: Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib. Penerbit: Pustaka Sumayyah Pekalongan. Dinukil untuk http://akhwat.web.id. Silakan mengcopy dan memperbanyak dengan menyertakan sumbernya)
***artikel Ummu Zakaria***