Saturday, 9 March 2013

Menajamkan 'kampak'

Bismillaah ...
Banyak sekali ayat didalam al Quran yang menyebutkan bahwa beriman saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan amal shalih, yakni kerja dan 'action'. Tidak cukup iman saja tetapi harus dimanifestasikan dengan amal. Cukuplah, kiranya kita nukilkan surat al Ashr untuk mewakili hal demikian.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menta'ati kebenaran, dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran."
(al Ashr).
Dan ciri-ciri orang yang tidak rugi adalah; selain memiliki keimanan, namun juga beramal dalam bentuk kerjaan; amal shalih, menasehati, mentaati kebenaran, menetapi kesabaran.
Al Quran juga memerintahkan agar kita selalu mencari karunia Allaahu Ta'ala di bumi dengan bekerja, sebagai ungkapan rasa syukur. Bahkan setelah shalat pun kita dianjurkan untuk segera bertebaran di muka bumi untuk bekerja ...


Seorang penebang pohon yang gagah lagikan kuat telah melamar pekerjaan kepada juragan di perusahaan balak. Dia diterima bekerja disitu karena kebetulan mereka memang kekurangan tenaga penebang. Gajinya lumayan dan lingkungan kerjanya juga sangat mendukung. Dengan alasan inilah, si tukang kayu berazam untuk bekerja sepenuh hati.

Bos pun memberikannya sebatang kampak baru dan mengarahkannya ke lokasi yang harus dikerjakan. Hari pertama, penebang kayu ini berhasil menebang 18 pohon.
"Hebat! Teruskanlah dengan kerja bagusmu ini .."
Tersemangati dengan sanjungan sang bos, penebang kayu ini mencoba lebih keras lagi keesokan harinya. Namun dia hanya dapat menumbangkan 15 batang pohon. Hari ketiga, dia mencoba lebih gigih lagi, meski demikian, dia hanya mampu menumbangkan 10 batang pohon saja. Hari demi hari dia malah memperolehi semakin sedikit hasil, benar-benar luar dari perkiraannya!
"Mungkin aku telah kehilangan tenaga .." ia akhirnya bergumam pada diri sendiri. Seterusnya dia menjumpai juragan kayu untuk meminta ma'af, seraya memberikan alasan bahwa dia sendiri tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada dirinya.
"Kapankah kali terakhir kamu mengasah kampak itu?"
"Mengasah?" sahutnya.
"Saya tidak mempunyai waktu untuk menajamkannya. Saya terlalu sibuk dengan menebang pohon saja."
Berkacalah!
Hidup kita persis seperti hal demikian. Kita kadangkala menjadi sangat sibuk sehingga lupa menyisihkan waktu untuk menajamkan 'kampak'. Menetap di bumi hari ini, semua orang terlihat semakin sibuk dari biasanya, namun semakin kurang bahagia, tidak seperti biasanya.

Mengapakah demikian?
Apakah kita telah lupa bagaimana untuk tetap tajam? 
Tidaklah salah dengan beraktivitas dan kerja keras. Tapi janganlah kita menjadi terlalu sibuk sehingga mengabaikan perkara-perkara yang lebih penting di dalam kehidupan kita. Lupa atau malas untuk menuntut ilmu agama, menuju ke Rumah Allaah untuk mendengarkan ceramah/ ta'lim, atau amalan-amalan lainnya.

Kemudian kita tanyakan pada diri:
Kapankah kita pernah memikirkan akan kehidupan pribadi kita? Menyisihkan sedikit waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Rabb Pencipta? Meluangkan masa untuk keluarga, atau bahkan membaca al Quran dan buku-buku agama?
Kita semua memerlukan waktu untuk rileks, untuk mentadabburi dan menenangkan diri, untuk belajar dan tumbuh dewasa. Jika kita tidak memanfa'atkan waktu untuk menajamkan kampak, hidup akan kelak menjadi bosan dan kinerja harian akan menjadi semakin menurun.
Imam Syafi'i rahimahullaah berkata:
"Seseorang tidaklah berhasil menuntut ilmu (dengan baik) apabila dia selalu merasa bosan, seakan tidak membutuhkannya.
Akan tetapi, seseorang akan berhasil menuntut ilmu jika melakukannya dengan perjuangan dan susah payah, penuh semangat dan hidup prihatin."
(Hilayatul Auliya: 9: 119, al-Baihaqi: 513, as-Suyuthi: 2/ 584).
"Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allaah dan RasulNya, serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allaah Yang Mengetahui akan ghaib dan yang nyata, lalu diberikanNya kepada kamu apa yang kamu kerjakan."
(at Taubah: 105).
Allaahu a'lam
























Related Post :

0 komentar:

Post a Comment