Syaikh Shalih al Fauzan mengatakan, “Untuk menghitung berapa jumlah bacaan tahlil, tasbih, tahmid dan takbir (setelah shalat fardhu) bisa memanfaatkan jari jemari untuk menghitungnya karena jari jemari itu nanti akan ditanyai dan diminta untuk berbicara pada hari Kiamat nanti.
ويباح استعمال السبحة ليعد بها الأذكار والتسبيحات من غير اعتقاد أن فيها فضيلة خاصة وكرهها بعض العلماء.
Dibolehkan menggunakan biji tasbih untuk menghitung bacaan-bacaan dzikir dan tasbih asal tanpa ada keyakinan bahwa biji tasbih itu mengandung keutamaan khusus. Namun menggunakan biji tasbih itu dimakruhkan oleh sebagian ulama.
وإن اعتقد أن لها فضيلة فاتخاذها بدعة وذلك مثل السبح التي يتخذها الصوفية ويعلقونها في أعناقهم أو يجعلونها كالأسورة في أيديهم! وهذا مع كونه بدعة فإن فيه رياء وتكلفا.
Jika diiringi keyakinan bahwa biji tasbih itu memiliki keutamaan khusus maka menggunakannya hukumnya adalah bid’ah semisal biji tasbih yang dipakai oleh orang-orang sufi. Mereka jadikan biji tasbih sebagai kalung di leher mereka atau menjadikannya sebagai gelang di tangan. Perbuatan semacam ini disamping bid’ah adalah riya dan memaksakan diri”
[al Mulakhkhos al Fiqhi juz 1 hal 159 terbitan Dar al ‘Ashimah Riyadh, cet pertama 1421 H].
Tuesday, 1 February 2011
Biji Tasbih Bukan Bid’ah
ويستعين علي ضبط عدد التهليلات وعدد التسبيح والتحميد والتكبير بعقد الأصابع لأن الأصابع مسؤولات مستنطقات يوم القيامة.
Artikel www.ustadzaris.com**Artikel: Ummu Zakaria
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment