Friday, 29 March 2013

Arti Dirimu


Dalam satu dan lain hal,
Kau dapat membuatku tersenyum
Menghadirkan cahaya mentari
Yang menghangatkan seluruh jiwa

Dalam satu dan lain hal,
Kau dapat membuatku tersentuh
Bagai angin sepoi di siang hari
Yang menghembus pucuk-pucuk akasia

Dalam satu dan lain hal,
Kau dapat membuatku terharu
Meski hanya dengan serangkai kata
Yang mampu menggugah pemahaman baru

Dan diantara banyak hal,
Aku ingin mengatakan
Sahabat………
Betapa kau berarti bagiku...

Kaukah itu...?

Kaukah itu……….?
Seorang teman yang menawarkan pundaknya
Untuk saling berbagi beban dan harapan
Dalam susah dan senang

Kaukah itu……….?
Seorang teman yang menawarkan kasih sayang
Untuk saling mendukung
Dengan sebuah senyum tulus

Kaukah itu……..?
Seorang teman yang menawarkan persahabatan
Untuk saling mengingatkan
Agar jalan tetap lurus

Jika itu kau, jawablah!
Karena aku menunggu


Source : The part of me

Thursday, 28 March 2013

Tanya Jawab: Hukum Bisnis Forex Online


Pertanyaan:
Assalamu'alaikum, pak ustadz, Saya ingin menanyakan hukum tentang bisnis valas secara online yang biasa disebut dengan "Forex"? Dimana bisnis ini pada dasarnya mengambil keuntungan dari penjualan suatu mata uang, kalau di dunia nyata mungkin mirip dengan money changer. atas jawabannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum.

Jawaban:

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. 
Langsung saja, dalam syari'at islam, bisnis mata uang (valas) secara garis besar dibolehkan, hanya saja ada dua ketentuan yang harus diindahkan. Kedua ketentuan tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian masyarakat luas. Kedua persyaratan tersebut bertujuan agar mata uang yang merupakan standar harga bagi barang-barang lain tidak dapat dipermainkan oleh orang-orang yang serakah. Berikut kedua ketentuan tersebut: 

1. Bila mata uang yang diperdagangkan sama jenis, misal : Uang rupiah pecahan Rp 100.000,- ditukar dengan uang rupiah pecahan Rp 1.000,- maka pada kondisi semacam ini ada dua persaratan yang harus dipenuhi:

  • Penukaran dilakukan dengan cara kontan, sehingga ketika kedua belah pihak yang mengadakan transaksi telah menyetujui akad penukaran tersebut, masing-masing harus segera melakukan pembayaran dengan cara kontan dan lunas, tanpa ada pembayaran yang tertunda walau hanya Rp 1,- (satu rupiah).
  • Nominasi kedua uang tersbeut berjumlah sama, tanpa ada yang dilebihkan. Dengan demikian pada contoh kasus di atas, yaitu uang rupiah pecahan Rp. 100.000,- bila ditukar dengan uang rupiah pecahan Rp. 1.000,- maka pemilik pecahan Rp 100.000,- harus benar-benar mendapatkan pecahan Rp 1.000,- sebanyak 100 (seratus) lembar. Tidak boleh ada pengurangan sedikitpun.
2. Bila mata uang yang dipertukarkan berbeda jenis, misalnya mata uang dolar amerika ditukar dengan rupiah indonesia, maka pada kondisi semacam ini proses tukar menukar harus memenuhi syarat pertama dari kedua persyaratan di atas, yaitu pembayaran dilakukan dengan kontan dan lunas, tanpa ada yang terhutang sedikitpun. Dengan demikian bila anda menukar uang dolar sebesar $ 100 dengan rupiah sebesar Rp. 10.400.000,-, maka pembayaran antara anda berdua harus dilakukan dengan kontan dan lunas, tanpa ada yang terhutang sedikitpun. 

الذهب بالذهب والفضة بالفضة والبر بالبر والشعير بالشعير والتمر بالتمر والملح بالملح مثلا بمثل، سواء بسواء، يدا بيد، فمن زاد أو استزاد فقد أربى. رواه مسلم 

"Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya'ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya'ir, korma dijual dengan korma, dan garam dijual dengan garam, (takaran/timbangannya) harus sama dan kontan. Barang siapa yang menambah atau meminta tambahan maka ia telah berbuat riba." (HRS Muslim dalam kitabnya As Shahih)

Dan para ulama' zaman sekarang telah menyatakan bahwa berbagai mata uang yang ada di zaman sekarang berperan sebagai mata uang yang ada pada zaman dahulu yaitu dinar atau dirham. 

Dengan demikian seluruh hukum yang berlaku pada penukaran mata uang dinar dengan dinar atau dirham dengan dirham atau dinar dengan dirham berlaku pula pada pernukaran mata uang yang ada pada zaman sekarang. 

Bila demikian adanya, maka bisnis valas secara online yang disebut dengan forex adalah bisnis yang diharamkan. Yang demikian itu karena pembayaran pada bisnis cara ini tidak dilakukan dengan kontan dan lunas, akan tetapi pembeli hanya membayarkan beberapa persen dari total valas yang ia beli sebagai jaminan, dan pada penutupan pasar valas di akhir hari atau pada akhir tempo yang disepakati oleh keduanya, mereka berdua mengadakan perhitungan untung atau rugi selaras dengan pergerakan nilai tukar kedua mata uang yang diperdagangkan. 

Wallahu Ta'ala a'alam bisshowab. 

Ustadz Dr. Muhammad Arifin bin Badri, MA.
Source : Pengusaha Muslim

Friday, 22 March 2013

Sebuah Tanda Cinta…Bagi Wanita Perindu Firdaus-Nya (Bagian 2)


Ujian demi ujian pasti kan menghadangmu di luar sana. Tetaplah tegak bertahan! Jangan tumbang hati dan ragamu karenanya! Tunggulah, suatu saat nanti kan tiba, ketika kesukaran itu menjadi manis akhirnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah: 5-6)
 سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Qs. Ath-Thalaq: 7)
Ingatlah…bahwa Allah tidak akan menguji di luar kesanggupan seorang hamba. Kau tahu apa maksudnya? Jika Allah mengujimu dengan cobaan yang tak kau suka, Dia mengerti bahwa kau sanggup mengampunya. Kini yang harus kau pikir justru bagaimana cara “lulus” dengan hasil memuaskan atas ujian-Nya. Maka, kunci jawaban ujian itu terletak dalam sabar, doa, tawakkal, dan ridha atas takdir-Nya.
Tengoklah kisah saudari kita Fulanah yang diboikot, tidak diakui sebagai anak, dibakar jilbabnya dan dianiaya raganya…atau nasib ‘Allanah yang dinikahkan secara paksa dengan lelaki yang tidak diketahui bagaimana akhlaknya, hanya karena wanita ini ingin mempertahankan hijab syar’inya. Di luar sana masih banyak yang nasibnya jauh lebih tragis dari pada Fulanah dan ‘Allanah ini. Lalu, apakah orang-orang di sekitarmu memperlakukanmu sebegitunya? Tidak! Lihatlah, ujianmu ini belum seberapa dibanding mereka. Di manakah Sumayyah, Aasiyah, dan wanita mukminah penggenggam bara api masa kini itu berada? Tidak usah kau jadi wanita cengeng yang mudah luluh lantak hanya karena cobaan yang mendera! Justru jadikanlah ujian ini sebagai tempaan iman dan takwa. Bukankah intan berpendar kilaunya setelah digosok dan ditempa dengan suhu tinggi sedemikian rupa?! Maka, jadilah dirimu laksana intan kokoh nan berkilau indah setelah melewati tempaan ujian hebat dari-Nya.
Jika sedih dan letihmu beradu, tentu kau tahu sebaik tempatmu mengadu.
Panjatkan aduan dan doa di tengah malam yang syahdu,
dan pada waktu besar kemungkinan terkabulnya doamu…
bukan malah mengiba orang lain mengasihanimu!
Ingatlah…masih ada Allah sebagai tempat bergantung, tempat mengadu,
tempat memohon, yang kan menolongmu.
Masih ada Al-Qur’an yang bisa menawarkan gundah dan dukamu.
Masih ada As-Sunnah yang menjadi lentera petunjuk untuk menerangi waktu kelabumu. Masih ada buku-buku sumber ilmu yang bisa menjadi teman setia dalam diam sendirimu. Masih ada kisah-kisah perjuangan menegakkan dinul Islam dari umat terdahulu yang bisa menjadi penghiburmu. Tak lupa kuingatkan bahwa masih ada kami saudari-saudarimu, yang sedia berbagi laramu dan berada di sisimu untuk menyokong bahumu melalui masa sulit itu.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
 “Dan semua kisah para Rasul yang Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Hud: 120)
Tunjukkan dengan akhlak mulia, tentang kebenaran ajaran yang kau bawa…bahwa dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan 3 generasi terbaik umat ini meniti jalan di atasnya, dengan perbuatan yang sama. Suguhkan senyum di muka, haturkan salam hangatmu dan santun budimu bagi mereka. Bergaulah apik di tengah masyarakat, selama kelakuanmu bukan maksiyat pada Sang Pencipta. Lebih-lebih jika kau punya limpah makanan yang ada, bagikanlah pada tetangga. Betapa cermin akhlak mulia, dapat mengalahkan rangkaian huruf dan seruan kata [3].
Patrikan pada jiwa, ikhlaskan niatmu….bersihkan niat dari kotoran sum’ah dan riya. Hanyalah ridha dan Firdaus-Nya yang kau pinta…bukan malah ridha manusia yang kau puja! Maka, biarkan orang hendak berkata apa, yang pasti kau titi jalan kebenaran itu hingga nyawa terlepas dari raga[4]. Tidak usah kau ragu akan janji-Nya….kelak, kau kan kecap indahnya surga -insyaallah-, duduk bertelekan di dipan-dipan dan menenggak minuman dari gelas piala yang bening laksana kaca,  mengenakan pakaian indah dari sutra hijau warnanya. Akan tetapi, kau harus tahu….jalan menuju surga penuh dengan hal yang berat dan sulit dilakukan jiwa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا (12) مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا (13) وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا (14) وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيرَا (15) قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا (16 )
“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak, dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah mereka ukur dengan sebaik-baiknya.” (Qs. Al Insan: 12-16)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
أُولَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا
“Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (Qs. Al-Kahfi: 31)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ كُلُّ دَرَجَتَيْنِ مَا بَيْنَهُمَا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Dalam surga terdapat seratus derajat yang Allah persiapkan bagi para mujahidin di jalan-Nya, yang jarak antara setiap dua tingkatan bagaikan antara langit dan bumi. Maka, jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus, sebab Firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya ada singgasana Ar-Rahman, dan dari sanalah sungai-sungai surga memancar.” (HR. Al-Bukhari no. 7423)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
“Neraka itu dihijab (dipagari/dikelilingi) dengan syahwat, sedangkan surga dihijab dengan hal-hal yang tidak menyenangkan (dibenci).” (HR. Al-Bukhari no. 6487)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
 “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqamah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”” (Qs. Fushilat: 30)
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
 “Maka tetaplah istiqamah kamu sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.” (Qs. Hud: 112).
Ingatlah selalu…ada Dzat Yang Maha Kuasa membolak-balik hati para hamba-Nya. Maka, mohonlah kemudahan atas kesulitan perkaramu pada-Nya, pintalah taufik-Nya bagimu dan bagi mereka, berharaplah agar ujianmu dapat mengangkat derajatmu dan menggugurkan dosa, tak lupa pula panjatkanlah doa agar segala jerih payah kesabaran, ketawakkalan dan keridhaanmu akan takdir-Nya berbuah pahala dan berbalas surga.
♥ Dariku…yang mencintaimu karena-Nya ♥
penulis: Fatihdaya Khairani
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Keterangan:
[3] Bahwa dampak dakwah secara langsung dengan akhlak/perbuatan, seringkali dapat mengalahkan beratus-ratus kata yang pernah terangkai dalam bentuk dakwah lewat tulisan ataupun perkataan.
[4] Penulis sedang berbicara tentang pentingnya beristiqamah dalam meniti kebenaran, sehingga penulis membawakan beberapa dalil yang menunjukkan bahwa balasan istiqamah adalah surga.

Sebuah Tanda Cinta…Bagi Wanita Perindu Firdaus-Nya (Bagian 1)


Aku ingin memberimu sesuatu, sebagai tanda cinta kasih dariku untukmu…Maaf jika kau kecewa, karena ini bukanlah cinderamata berharga yang bisa kau taksir harganya. Pun bukan makanan lezat yang bisa kau cicip rasanya. Ini hanyalah untaian kata, kuharap kau bisa mengenangnya sepanjang masa.
Kau…yang membalut badanmu dengan pakaian takwa [1]..Tertatih berdiri kau di atas kebenaran yang nyata. Tutuplah telingamu dari para pencela, tak perlu kau gubris sinis lisan berkata. Campakkanlah ke dinding buah bibir mereka. Ahh memasukkannya dalam hatimu hanya buat sesak dadamu saja. Percayalah…terus memikirkannya dengan hati yang berduka, tidak akan berfaidah apapun jua.
Janganlah terlarut dalam duka…ketika lisan dan perbuatan mereka menggoreskan luka. Bersabarlah dengan sabar yang sesungguhnya…maka kau jua yang kan tuai hasilnya. Mungkin tidak di dunia kau bisa lihat buahnya, namun di akhirat nanti kesabaranmu menggunung pahala insyaallah. Sikapilah saja dengan santun perbuatan, hikmah penjelasan, lembut perkataan, bijaksana, dan hati yang berlapang dada. Barangkali mereka hanya belum tahu ilmunya [2]. Berpegang teguh pada sunnah merupakan hal yang asing keberadaannya…mudah-mudahan kita termasuk menjadi bagian al ghuraba….
فالصبر : حبس النفس عن الجزع والتسخط وحبس اللسان عن الشكوى وحبس الجوارح عن التشويش  وهو ثلاثة أنواع : صبر على طاعة الله وصبر عن معصية الله وصبر على امتحان الله
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata, ” Sabar adalah menahan jiwa dari berkeluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh, serta menahan anggota badan dari berbuattasywisy (yang tidak lurus). Sabar ada 3 jenis, sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari melakukan maksiat, dan sabar tehadap ujian Allah.”(Madarijussalikin)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah al ghuraba (orang-orang yang terasingkan itu).” (HR. Muslim no. 208)
Di dalam riwayat lain disebutkan
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
“Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah al ghuraba (orang yang asing) itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang berbuat baik jika manusia telah rusak.” (HR. Ahmad dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jami’ no. 7368)
Tak usah kau tunjukkan pada dunia, atau kau tarik tiap pandangan mata…seolah kau berkata,“Inilah aku yang sedang berduka.” Tegarkan sosokmu di tengah badai ujian yang melanda! Kuatkan hatimu dengan tameng keimanan yang membaja! Jadilah mukminah yang kuat imannya!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ، فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ »
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada mukmin yang lemah, dan masing-masing mereka ada kebaikannya. Bersemangatlah untuk melakukan apa yang bermanfaat buatmu, minta tolonglah kepada Allah dan jangan bermalas-malasan. Jika kamu ditimpa oleh sesuatu musibah, janganlah kamu mengatakan, ‘Kalaulah saya melakukan (demikian dan demikian), niscaya terjadi demikan dan demikian.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Semuanya telah ditaqdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan kehendak-Nya.’ Karena kata ‘seandainya’ akan membuka pintu setan” (HR.Muslim)
Apakah kiranya hanya kau yang diuji sedemikian rupa?? Tidak! Telah berlalu ujian yang lebih hebat dan dahsyat, yang dialami para mukminah penggenggam panas bara. Kau tahu…menggenggam bara api menyala itu panas rasanya. Itulah cerminan betapa sukarnya bertahan meniti kebenaran di atas jalan yang diridhai-Nya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. Al-’Ankabut: 2)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
 “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar?”(Qs. Ali Imran: 142)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?  Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman yang bersamanya, ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amatlah dekat.” (Qs. Al-Baqarah: 214)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan mengujimu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu” (Qs. Muhammad: 31)
Ketahuilah bahwa diantara hikmah adanya ujian, adalah sebagai pengangkat derajatmu dan penggugur dosa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah rasa lelah, rasa sakit (yang terus menerus), kekhawatiran, rasa sedih, gangguan, kesusahan yang menimpa seorang muslim sampai duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan musibah tersebut.” (HR. Bukhari no.5641, Muslim no.1792)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ
“Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allah membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa.” (HR. An-Nasa’i di As-Sunan Al-Kubra no7482 dan Ibnu Majah no.4523)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ خَطِيْئَة
“Jika ada sebuah duri mengenai seorang mukmin atau musibah yang lebih besar dari itu maka Allah akan mengangkat derajatnya atau menggugurkan dosanya, dengan sebab musibah itu.” (HR. Muslim no.6507 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, Allah akan memberinya cobaan”(HR. Bukhari no.5645)
Ujian demi ujian pasti kan menghadangmu di luar sana. Tetaplah tegak bertahan! Jangan tumbang hati dan ragamu karenanya! Tunggulah, suatu saat nanti kan tiba, ketika kesukaran itu menjadi manis akhirnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah: 5-6)
 سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Qs. Ath-Thalaq: 7)
Ingatlah…bahwa Allah tidak akan menguji di luar kesanggupan seorang hamba. Kau tahu apa maksudnya? Jika Allah mengujimu dengan cobaan yang tak kau suka, Dia mengerti bahwa kau sanggup mengampunya. Kini yang harus kau pikir justru bagaimana cara “lulus” dengan hasil memuaskan atas ujian-Nya. Maka, kunci jawaban ujian itu terletak dalam sabar, doa, tawakkal, dan ridha atas takdir-Nya.
bersambung insyaallah
penulis: Fatihdaya Khairani
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Keterangan:
[1] Bagi para wanita yang mengenakan hijab syar’i. Hijab syar’i ini merupakan pakaian perlambang ketakwaan. Para wanita ini memang mengenakannya sebagai implementasi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan untuk mengikuti trend/hanya mengikuti adat, mengelabui orang lain untuk berbuat kejahatan atau malah mengenakannya untuk menghindar dari khalayak ramai, guna menutupi malu akibat kesalahan yang dilakukannya.

[2] Tentang bagaimanakah berhijab secara syar’i dan kebenaran yang ada pada manhaj As-Salaf Ash-Shaalih

Thursday, 21 March 2013

Tidak Semudah itu Menaikkan Penumpang Baru


Dalam perjalanan kehidupannya, seorang anak cucu Adam 'alaihi sallam, semasa mudanya berusaha membangun sebuah bahtera, sebuah tempat yang akan ia gunakan untuk melayari kehidupan ini dengan wanita yang kelak menjadi jodohnya, menjadi asisten nahkoda yang membantunya dalam melayari kehidupan ini dengan segala badai dan topan yang melanda, dengan segala karang tajam yang menghadang. Maka ia berusaha menyiapkan sebuah bahtera yang kuat lagi nyaman untuk memulai sebuah pelayaran.

Seorang lelaki yang sholih lagi sederhana, tidak banyak memiliki keinginan atas dunia ini, maka dia memilih seorang asisten nahkoda yang memiliki pemahaman dan keinginan yang sama. Dan setelah bahtera itu telah siap, dia memandang ke depan, di sana terbentang samudera luas kehidupan, dan kini dia tidak sendiri, telah berdiri dengan tegar sesosok wanita yang menemaninya dan menggenggam erat tangannya, bahu membahu dalam mengatur jalannya bahtera, yang kadang berjalan kencang atau kadang tertabrak karang tajam, namun keduanya melalui semuanya dengan bekal ilmu dan rohmat dari Allooh Ta'ala, hingga bahtera mereka tetap kokoh dan semakin terarah maju ke depan. Diantara deraan badai dan karang tajam, sang nahkoda senantiasa mengambil sikap tegas dan bekerja sama dengan asistennya melewati segala rintangan dengan cerdas dan baik.

Dan hingga sang asisten nahkoda memberikan izin untuk menaikkan penumpang baru dalam bahtera mereka, dengan pemahaman yang baik akan hukum-hukum dan resiko yang akan ditempuhnya, sang asisten nahkoda menyisihkan tempat baru untuk penumpang berikutnya menuju pelayaran kehidupan mereka.

Namun sang nahkoda adalah lelaki yang sholih lagi cerdas, ia mengetahui dengan benar keadaan setiap sudut dari bahtera yang dikemudikannya, dia hafal setiap retak dan celah yang bisa berpotensi menenggelamkan bahteranya. Dengan adanya izin dari asisten nahkoda, dia tidak serta merta menaikkan penumpang lain hanya untuk keperluan syahwatnya atau memuaskan dirinya. Namun ia mempertimbangkan dengan matang urusan penumpang kedua ini. Ia mengetahui dengan baik resiko besar yang akan diterimanya jika dia tidak mampu memberikan keadilan kepada dua asisten atau lebih dalam pelayarannya. Sungguh balasan di ujung pelayarannya yang akan dia dapatkan tidak sebanding dengan nikmatnya memiliki dua asisten dalam bahteranya.

Rasulullah shallallaahi 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memiliki dua orang istri, lalu ia condong kepada salah seorang dari keduanya, maka ia akan datang pada hari kiamat sedangkan bahunya dalam keadaan miring sebelah.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwail Ghalil : 2017)

Sang nahkoda memahami dengan baik bahwa pelayaran dengan dua asisten nahkoda akan menemui badai dan karang tajam lebih banyak lagi, sungguh... pelayaran berikutnya dengan dua asisten nahkoda tidak akan semudah yang dilaluinya dengan hanya satu asisten saja. Dia akan menyadari, bahwa tanggung jawabnya bertambah, dalam memberikan nafkah dan pendidikan, harus meluangkan waktu lebih banyak kepada masing-masing dari mereka dan belum lagi ketika kecemburuan menyapa, atau saat keduanya memerlukan sang nahkoda pada saat bersamaan, sungguh bukanlah sebuah pelayaran yang mudah, tidak akan seperti anggapan kebanyakan manusia akan indahnya melayari samudera dengan dua asisten nahkoda.

Karena itu dia tidak sembarang menaikkan penumpang berikutnya, ketahuilah bahwa memilih asisten yang kedua tidak semudah saat memilih yang pertama, bahwa asisten kedua adalah seseorang yang berjiwa mulia dan berakhlak sholihah, memiliki ilmu yang baik dalam pelayaran yang memiliki asisten ganda, paham akan hak dan kewajibannya, dan yang terpenting mampu bekerja sama dengan asisten pertama, saling tolong menolong dalam kebaikan membantu sang nahkoda. Dan mencari yang demikian sungguh betapa susahnya.

Sang nahkoda tidak ingin justru penumpang kedua akan melubangi bahtera mereka, dia tidak ingin justru pelayaran mereka akan hancur di tengah jalan, karena itu ia tidak tergesa-gesa menaikkan penumpang, dia berpikir matang dalam usahanya mewujudkan keinginan asisten pertama yang ingin memiliki teman. Lima tahun telah berlalu, entah lima tahun ke depan, jodoh adalah bagian dari rizki, dan bagian dari takdir. Maka sang nahkoda memahami benar pelayarannya akan berakhir dengan baik dan aman hingga tujuan jika dia menataati jalur yang telah diberikan oleh Allooh Ta'ala, Kitabullooh dan Sunnah. Entah hanya dengan satu asisten atau kelak lebih... walloohu a'lam, dia hanya berusaha yang terbaik bagi penghuni bahteranya. Mereka adalah tanggung jawabnya.

Semoga nahkoda lain mampu mempertimbangkan yang serupa, mengangkut penumpang lebih dalam satu bahtera dengan ikhlas karena Allooh agar dia selamat sampai ke tujuan bersama memang mulia, namun janganlah tergesa-gesa, lihatlah kemampuanmu dalam mengemudikan bahtera itu, lihatlah perbekalanmu, lihatlah kondisi bahteramu, masih mampukah menambah penumpang lagi atau tidak, jika memang tidak mampu, maka jangan memaksakan diri, jika memang mampu untuk menambah penumpang maka hendaknya berhati-hati dan tidak tergesa menaikkan penumpang, pilihlah yang terbaik dan sholihah yang mampu membantumu dalam pelayaranmu dan mampu bekerjasama dengan istrimu, saling mengasihi dan cinta karena Allooh Ta'ala. Walloohu a'lam.

Source : Andi Abu Hudzaifah Najwa

Wednesday, 13 March 2013

Mutiara Tersembunyi di Selatan Malang

Pantai Sendang Biru - Malang
Bagi saya, jalan-jalan dalam rangka liburan tidak harus selalu mengeluarkan banyak biaya. Liburan asyik juga tidak harus selalu ke luar negri. 

Dan, dengan menjelajah negri sendiri kita pun juga dapat semakin bersyukur pada Allaah subhaanahu wata'ala atas nikmat yang telah Allaah limpahkan pada negeri kita tercinta ini, Indonesia.. ^^

Perjalanan liburan yang saya tulis kali ini sebenarnya adalah perjalanan yang telah saya lakukan di bulan September tahun 2012 lalu. Dan saya baru sempat menuliskannya sekarang setelah banyak teman-teman saya yang menagih pada saya untuk menuliskan bagaimana rute untuk kesana dan tentang keindahan-keindahannya. Walau saya telah jelaskan pada mereka bahwa saya tidak pandai merangkai kata. Tapi baiklah, saya akan mencoba untuk menjabarkannya semampu saya :p (-tertawa lah sepuasmu membaca tulisan saya yang ala kadarnya ini)

Saturday, 9 March 2013

Penyuluh Keimanan

Bismillaah ...
Sesungguhnya dengan berlayarnya bahtera kehidupan mengarungi samudera keimanan, semua pikiran dan tindak-tanduk tertumpu, bertaut kokoh seiring dan sejalan, disuluh hati dan amal.
Apabila hanya hati saja yang diutamakan, niscaya akan hilanglah sebagian syari'at yang mulia ini. Tentu kaum yang bersemangat meraih keimanan tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat lima waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar zakat dan shadaqah atau bersusah-payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah atau amal ibadah lainnya. Toh yang dinilai hanya hatinya saja ...
Dan sudah barang tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah), cukup mereka mengandalkan hati saja, sedangkan mereka adalah sebaik-baik manusia diatas permukaan bumi ini.
Akan tetapi apa yang kita dapati melalui fakta yang real dilapangan, justru sebaliknya, mereka adalah orang yang sangat giat beramal.
Perhatikanlah satu contoh indah diantara banyak contoh-contoh yang indah lainnya; ya'ni Urwah bin Zubair radhiyallaahu 'anhu, misalnya.
Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, bibinya adalah 'Aisyah radhiyallaahu 'anha, istri Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia dan jangan ditanya tentang hatinya. Dia adalah seorang yang paling lembut hatinya, meski demikian, masih bersusah payah untuk giat dalam beramal, bershadaqah dan ketika shalat didirikan, dia bagaikan sebatang pohon yang tegak, tidak bergeming karena lamanya ia berdiri sanking khusyu' bermunajat.
Aduhai! Betapa lalainya kita makhluk rapuh ini, yang terlalu banyak memanjangkan angan-angan dan harapan, padahal hati kita pastinya sangat jauh dari suci dan mulia jika dibandingkan dengan generasi pendahulu kita, para salafush shaalih ....
Digigit nyamuk, tak ayal membuat diri sibuk bak orang kesampuk. Kuping dimasukin semut saja, sontak melejit jiwa gelisah, tak menentu arah, layak pesakit kehilangan darah. Harta masih membuat diri tergila lupa. Perhiasan berupa materi mampu menyulap hati, sehingga lalai mengingat mati ...
Sungguh! Dari arah mana yang telah membuat kita mampu berlaku sombong?!
"Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Abdurrahman bin Sakhr radhiyallaahu 'anhu, dia berkata, Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allaah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian."
(HR.Muslim: 2564/ 34).
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allaah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)?
Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik."
(Qs. Al-Hadiid: 16).
Allaahu a'lam.
Source : Shaalih
















Penyesalan

Bismillaah ...
Sebagai manusia biasa, kita tidak luput dari kesalahan dan selalu menyesal setelah melakukannya. Semua manusia pernah bahkan mungkin sering merasa menyesal. Sangat manusiawi kiranya jika ada penyesalan, tapi yang berbahaya adalah penyesalan yang berkepanjangan, tidak bisa melupakan kesalahan masa lalu ..
Andi adalah seorang anak muda yang akan di wisuda tidak lama lagi. Beberapa bulan ini dia telah mengincar dan menginginkan sebuah motor Ninja 250 cc terbaru yang terpajang disebuah dealer motor. Sedangkan dia sadar bahwa ayahnya mampu untuk membelikannya, maka dia memohon kepada sang ayah, dan memberitahu bahwa hanya itu saja yang dia ingin dan idamkan.
Sayu bahagia hari wisuda semakin dekat, Andi menunggu tanda-tanda dari ayahnya, agar dia membeli motor yang disenangi itu. Akhirnya di pagi hari wisuda, ayah memanggil dan mengajaknya ke ruangan pribadi. Beliau memberitahukan, betapa bangga dirinya memiliki anak lelaki seperti Andi, sembari meluahkan kata sayangnya terhadap sang anak. Lantas, dia menyodorkan Andi sebuah bungkusan kotak sebagai hadiah. Dengan perasaan penasaran bercampur kesal, anak muda itupun membuka hadiah tersebut dan ternyata isinya adalah sebuah kitab al Quran yang mahal, disertai sarung kotaknya. Nama Andi yang dibentuk ukiran juga terpampang disampul kitab itu.
Merasa kecewa dan marah, Andi spontan meninggikan suaranya, berteriak:
"Dengan segala uang yang ayah miliki, ayah hanya membelikan aku al Quran?!!"
Sejurus kemudian dia segera meninggalkan rumahnya, juga al Quran indah itu ...
Tahun berganti tahun, waktu sedemikian cepat berlalu. Andi telah menjadi seorang pengusaha yang sukses di negara tetangga. Dia memiliki rumah megah nan indah dan keluarga yang bahagia. Suatu hari dia sadar bahwa ayahnya telah sangat tua dan memutuskan untuk menziarahinya. Sejak tragedi wisuda dahulu, dia tidak pernah lagi menjenguk ayahnya lantaran kesal dan kecewa. Sebelum dirinya membuat segala persiapan bagi keberangkatan kelak, tiba-tiba Andi menerima sebuah telegram mengabari bahwa ayahnya barusan meninggal dunia. Ayahnya juga telah mewasiatkan semua harta kepemilikannya kepada Andi, anak satu-satunya. Andipun bergegas pulang untuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan.
Tatkala tiba dipintu rumah, secara spontan kesedihan dan penyesalan merundung hatinya. Pengkebumian berjalan dengan penuh khidmat. Setelah acara pengkebumian, Andi mulai membereskan segala dokumen dan surat-surat penting sang ayah. Disitu juga, masih di atas meja seperti dahulu, tergeletak kotak hadiah berisi al Quran yang pernah dihadiahkan oleh mendiang ayahnya beberapa tahun silam. Dengan linangan airmata, Andi mulai membuka halaman demi halaman kitab suci tersebut. Sedang dia berbuat demikian, sebuah kunci terjatuh dari sisi belakang kitab. Sekeping kertas kecil telah terikat dilubang kunci dengan nama dealer motor yang pernah dikunjungi dahulu.
Dibawahnya juga tertulis tanggal pembelian (hari wisudanya) dan perkataan: "LUNAS."
"Ya Rabb kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi."
(al A'raaf: 23).
Dari Abdullah bin Amr radhiyallaahu 'anhu, beliau berkata:
"Ada seseorang yang datang kepada Rasulullaah seraya berkata:
"Saya datang demi berbai'at kepadamu untuk berhijrah, namun saya meninggalkan kedua orang tuaku menangis."
Maka, Rasulullaah bersabda:
"Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa, sebagaimana engkau membuat keduanya menangis.'"
(HR. Abu Dawud).
Allaahu a'lam.

Source : Shaalih

















Pencarian

Bismillaah ...

Seseorang berkata kepada Hasan al-Bashri رحمه الله:

"Saya memiliki seorang putri yang telah menginjak usia nikah, sudah banyak orang yang melamarnya, kepada siapakah saya harus menikahkannya?"

Hasan menjawab: "Nikahkanlah dia dengan seorang yang takut kepada Allaah dan bertaqwa kepadaNya, sebab kalau dia mencintainya maka dia akan memuliakannya (istri) dan apabila dia membencinya maka dia tidak akan menzhaliminya."

('Uyunul Akhbar Ibnu Qutaibah: 10/ 17).

Nuh bin Maryam, salah seorang hakim di kota Marwa, saat ingin menikahkan putrinya, terlebih dahulu dia bermusyawarah dengan seorang tetangganya, lalu kata tetangganya:

"Subhanallaah!! Semua orang datang meminta fatwa kepadamu, tetapi engkau malah datang meminta fatwa kepadaku!!"

Nuh menimpali: "Pokoknya, engkau harus memberikan pendapatmu!"

Tetangganya lalu berkata: "Sesungguhnya pemimpin Persia memilih harta! Pemimpin Romawi memilih kecantikan! Pemimpin Arab memilih kehormatan! Nabi kalian Muhammad صلي الله عليه وسلم memilih agama! Maka pilihlah sendiri, siapakah di antara mereka yang akan anda ikuti?!"

(al-Mustathraf al-Absyihi: 1/ 102).

Allaahu a'lam.

Source : Shaalih

Menangislah

Bismillaah ...
Sungguh rasa sedih dan tangis hanya menghampiri hati seseorang yang bersih. Hilangnya kesedihan dan tangisan hendaknya membuat kita bersedih, menyesal dan menangis, karena hal tersebut merupakan tanda musibah terbesar yang menimpa diri kita ...
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allaah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas (pada tubuh); yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allaah, dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang (berjihad) dijalan Allaah.
Adapun dua bekas itu adalah; bekas/ luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur dijalan Allaah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikan oleh Allaah."
(HR. Tirmidzi: 1669).
Ibnu Mas'ud radhiyallaahu 'anhu mengatakan: Suatu ketika Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku:
"Bacakanlah al Qur'an kepadaku."
Maka kukatakan kepada beliau: "Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al Qur'an kepada anda sementara al Qur'an itu diturunkan kepada anda?"
Maka beliau menjawab:
"Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku."
Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa'. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini:
"Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka."
(An-Nisaa': 40).
Maka beliau berkata:
"Cukup! Sampai di sini saja."
Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata."
(HR. Bukhari: 4763 dan Muslim: 800).
Subhanallaah! Manusia yang sudah jelas-jelas dijamin masuk ke dalam surgaNya, namun beliau masih menangis karena Allaah Ta'ala?
Hari ini, sebagian kita merasa bangga tatkala dia membusungkan dada seraya berkata:
"Aku tidak pernah meneteskan air mata seumur hidupku!!"
Mari tanyakan kepada mereka:

Apakah dia sadar apa yang diucapkannya?

Bagaimana pula keadaannya tatkala dilahirkan dan terbuka tirai dunia dihadapannya kala itu?

Ataukah dia telah terlupa?
Fa inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'uun ...
Allaahu a'lam. 
Source : Shaalih
























Menajamkan 'kampak'

Bismillaah ...
Banyak sekali ayat didalam al Quran yang menyebutkan bahwa beriman saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan amal shalih, yakni kerja dan 'action'. Tidak cukup iman saja tetapi harus dimanifestasikan dengan amal. Cukuplah, kiranya kita nukilkan surat al Ashr untuk mewakili hal demikian.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya menta'ati kebenaran, dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran."
(al Ashr).
Dan ciri-ciri orang yang tidak rugi adalah; selain memiliki keimanan, namun juga beramal dalam bentuk kerjaan; amal shalih, menasehati, mentaati kebenaran, menetapi kesabaran.
Al Quran juga memerintahkan agar kita selalu mencari karunia Allaahu Ta'ala di bumi dengan bekerja, sebagai ungkapan rasa syukur. Bahkan setelah shalat pun kita dianjurkan untuk segera bertebaran di muka bumi untuk bekerja ...


Seorang penebang pohon yang gagah lagikan kuat telah melamar pekerjaan kepada juragan di perusahaan balak. Dia diterima bekerja disitu karena kebetulan mereka memang kekurangan tenaga penebang. Gajinya lumayan dan lingkungan kerjanya juga sangat mendukung. Dengan alasan inilah, si tukang kayu berazam untuk bekerja sepenuh hati.

Bos pun memberikannya sebatang kampak baru dan mengarahkannya ke lokasi yang harus dikerjakan. Hari pertama, penebang kayu ini berhasil menebang 18 pohon.
"Hebat! Teruskanlah dengan kerja bagusmu ini .."
Tersemangati dengan sanjungan sang bos, penebang kayu ini mencoba lebih keras lagi keesokan harinya. Namun dia hanya dapat menumbangkan 15 batang pohon. Hari ketiga, dia mencoba lebih gigih lagi, meski demikian, dia hanya mampu menumbangkan 10 batang pohon saja. Hari demi hari dia malah memperolehi semakin sedikit hasil, benar-benar luar dari perkiraannya!
"Mungkin aku telah kehilangan tenaga .." ia akhirnya bergumam pada diri sendiri. Seterusnya dia menjumpai juragan kayu untuk meminta ma'af, seraya memberikan alasan bahwa dia sendiri tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada dirinya.
"Kapankah kali terakhir kamu mengasah kampak itu?"
"Mengasah?" sahutnya.
"Saya tidak mempunyai waktu untuk menajamkannya. Saya terlalu sibuk dengan menebang pohon saja."
Berkacalah!
Hidup kita persis seperti hal demikian. Kita kadangkala menjadi sangat sibuk sehingga lupa menyisihkan waktu untuk menajamkan 'kampak'. Menetap di bumi hari ini, semua orang terlihat semakin sibuk dari biasanya, namun semakin kurang bahagia, tidak seperti biasanya.

Mengapakah demikian?
Apakah kita telah lupa bagaimana untuk tetap tajam? 
Tidaklah salah dengan beraktivitas dan kerja keras. Tapi janganlah kita menjadi terlalu sibuk sehingga mengabaikan perkara-perkara yang lebih penting di dalam kehidupan kita. Lupa atau malas untuk menuntut ilmu agama, menuju ke Rumah Allaah untuk mendengarkan ceramah/ ta'lim, atau amalan-amalan lainnya.

Kemudian kita tanyakan pada diri:
Kapankah kita pernah memikirkan akan kehidupan pribadi kita? Menyisihkan sedikit waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Rabb Pencipta? Meluangkan masa untuk keluarga, atau bahkan membaca al Quran dan buku-buku agama?
Kita semua memerlukan waktu untuk rileks, untuk mentadabburi dan menenangkan diri, untuk belajar dan tumbuh dewasa. Jika kita tidak memanfa'atkan waktu untuk menajamkan kampak, hidup akan kelak menjadi bosan dan kinerja harian akan menjadi semakin menurun.
Imam Syafi'i rahimahullaah berkata:
"Seseorang tidaklah berhasil menuntut ilmu (dengan baik) apabila dia selalu merasa bosan, seakan tidak membutuhkannya.
Akan tetapi, seseorang akan berhasil menuntut ilmu jika melakukannya dengan perjuangan dan susah payah, penuh semangat dan hidup prihatin."
(Hilayatul Auliya: 9: 119, al-Baihaqi: 513, as-Suyuthi: 2/ 584).
"Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allaah dan RasulNya, serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allaah Yang Mengetahui akan ghaib dan yang nyata, lalu diberikanNya kepada kamu apa yang kamu kerjakan."
(at Taubah: 105).
Allaahu a'lam