Friday 1 February 2013

Kesetiaan bagaimana yang telah kita buktikan?

Bismillaah ...

"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi ia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.
Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zhalim."
(al A'raaf: 176-177).
Perhatikanlah perihal anjing peliharaan ...
Tatkala tuannya memberi makan, meski sepotong tulang (tanpa daging), mencurahkan kasih-sayang dalam pemeliharaan terjaga, mengikatnya diluar, walau dibasahi guyupan dinginnya hujan dan teriknya panas, kemudian si tuan merawatnya kala sakit pula, sang anjing selayaknya seekor peliharaan, tetap membalas dengan kesetiaan, keta'atan dan pengabdian sejati.
Tidak akan kita dapati seekor anjing yang terdiam bisu, membiarkan masuknya para maling. Bahkan sanking ta'at dan sigapnya menjaga amanah daerah larangan tuannya, ia rela menggonggong memberi amaran kepada siapa saja yang melewati kawasan penjagaan, hatta terhadap anak kecil yang lemah tidak bermaya sekalipun.
Kesetiaannya telah teruji ketika sang tuan pergi dan kembali. Apabila diseru namanya, dengan segera ia berlari menghampiri. Sambutan kasih-sayang hangat penuh harapan sembari merongrong kaki sang tuan, menjilati sepenuh jiwa dan raga sembari meletakkan harapan dan ketergantungan diri terhadap penjaganya. Kesadaran fitrah hewani dan insting alami ini menjadikan dirinya berlaku jujur, tidak berkhianat lagikan durhaka, sehingga mampu menjaga amanah yang diembankan kepadanya. Bayangkan, tatkala diusir, dipukul, bahkan dicampak dan dibuang jauh oleh pemiliknya demi melepaskan kepemilikan, sang anjing tetap setia, berusaha kembali, berharap-harap cemas agar si tuan mau menerima dirinya lagi.
Kemudian kita muhasabah sejenak dan coba melihat kondisi jiwa dan raga yang paling dalam ...
Apa balasan kita terhadap Rabb Pencipta manusia, kala dikaruniai nafas, rizki dan segala ni'mat yang telah diperolehi selama hidup didunia?
Bebas bergerak tanpa ada sedikitpun kesulitan, segalanya terpelihara?
Dijaga kala tidur dan bangunnya, dalam kondisi yang tetap prima tanpa cacat lagikan cela?

Pengorbanan apa yang telah kita persembahkan?
Kesetiaan bagaimana yang telah kita buktikan?
Amanah mana yang telah kita jalankan?

Apakah kita telah melepaskan diri untuk melupakanNya?!
Kiranya semua jawaban dari pertanyaan di atas ada pada diri kita masing-masing ..
Tepuklah dada, tanya selera ..
Padahal kita bukanlah peliharaan, namun mungkin lebih rendah dari peliharaan. Kita bergelar HAMBA ..
Tidak selayaknya makhluk yang bergelar hamba berlaku durhaka, lupa diri, bermaksiat dan khianat terhadap Penguasanya ..
Dan jika memanglah demikian keadaannya, maka janganlah heran, besar kemungkinan insan selaku hamba lebih hina dari hewan peliharaan ..
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi Neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allaah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allaah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allaah).
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."
(al A'raaf: 179).

Allaahu a'lam.


Source : Akhi Shaalih As-salafiy























Related Post :

0 komentar:

Post a Comment