Thursday, 9 October 2014

Sebuah Ruang Berdindingkan Ketenangan


Ditulis oleh Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai
            Dengan kecepatan sedang,sebuah mobil Avanza berwarna hitam menemani kami menyibak jalur yang cukup padat ke arah kota Surakarta. Sisa-sisa kegembiraan kaum muslimin setelah berbuka puasa selepas maghrib hari itu masih nampak hangat terasa. Malah,semakin dekat dengan lokasi rumah saya, seolah jalan semakin menyempit karena kesibukan kaum muslimin untuk berangkat taraweh. Namun, kecepatan mobil tetap sedang.
            Hanya kami berdua di dalam Avanza hitam itu. Saya dan seorang sopir yang “bertugas” antar jemput. Sopir mobil ternyata bukan sembarang sopir. Sopir itu, dalam kesehariannya adalah kepala bidang ekonomi di BAPEDA sebuah kabupaten yang cukup luas wilayahnya. Saya juga sempat terkejut dan berpikir,”Luar biasa bapak ini! Mau-maunya melakukan tugas antar jemput”.
            Nah, di celah-celah sempit dari ruang waktu yang ada antara Polokarto-Sukoharjo ada selembar diskusi menarik antara saya dan bapak itu. Kata-kata dari bapak itu sangat tersusun rapi dengan nada dan intonasi yang memancarkan ketulusan. Sampai-sampai, kata-kata tersebut mampu memecahkan kebekuan hati. Sungguh!
            “Ustadz, saya senang sekali mendengarkan bacaan Al Qur’an. Saya dapat merasakan keteduhan. Kadang-kadang saya menangis sendiri jika menikmati bacaan tartil Al Qur’an. Sungguh-sungguh memberikan keteduhan!”
            Kata-kata di atas kemudian terngiang terus di telinga. Memang benar,Al Qur’an bisa memberikan keteduhan dan ketenangan. Saya pikir tidak semua orang telah mencapai tingkatan seperti sang “sopir” dalam penggalan kisah di atas.  Saya yakin, belum tentu setiap orang berhasil merasakan keteduhan dengan sebab bacaan Al Qur’an. Bagaimana dengan Anda?
            Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits di dalam shahihnya dari sahabat Al Bara’ bin ‘Azib;
            “Malam itu ada seorang sahabat membaca surat Al Kahfi. Di dekatnya ada seekor kuda miliknya yang diikat dengan dua utas tali cencang. Kemudian, ada segumpal awan tipis turun menaungi. Awan tipis itu terus berputar bergerak turun, sementara kuda miliknya melompat-lompat seolah ingin lari.
            Keesokan hari, sahabat tersebut datang menemui nabi Muhammad dan menceritakan peristiwa semalam. Setelah itu Rasulullah bersabda,
تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ
“Itu adalah keteduhan yang turun karena Al Qur’an”[1]
            Kejadian nyata yang dialami sahabat nabi di atas sejatinya menjadi sebuah jawaban penting untuk kita yang selalu bertanya dan mencari-cari jawaban, Di manakah aku bisa hidup tenang? Kemanakah aku akan mencari sebuah keteduhan?”.
            Apalagi saat kejenuhan telah menjajah hati dan pikiran. Urusan dunia yang menumpuk laksana sebuah menara memang tiada pernah ada akhirnya. Berkutat dan terus berkutat dengan masalah. Walau hidup tak mungkin bebas dari masalah namun kita pasti memiliki titik nadir dari semangat. Di situlah letak penting sebuah keteduhan. Lalu, di manakah kita akan mendapat keteduhan?
            Sabda nabi Muhammad di atas semestinya menyadarkan kita, jika Dzat yang telah menciptakan manusia tentu Maha Mengetahui kelemahan dan kebutuhan hamba Nya. Allah mengetahui,dengan ilmu Nya yang sangat luas, bahwa kita pasti sering mengalami kejenuhan dan kebosanan hidup. Kita membutuhkan ketenangan dan keteduhan. Dan Allah telah memberikan jalan.
            Membaca Al Qur’an pasti menghadirkan ketenangan. Mendengarkan bacaan Al Qur’an tentu menaungkan keteduhan. Percaya ataukah tidak seperti itulah faktanya! Cobalah, tentu Anda akan merasakannya!
            Usaid bin Khudair,seorang sahabat,pagi-pagi benar telah menemui Rasulullah. Ia menceritakan kepada Nabi jika semalam telah melihat semacam bayangan, di dalamnya seperti pelita-pelita bercahaya. Lalu bayangan tersebut naik membumbung tinggi ke angkasa hingga tidak terlihat lagi. Peristiwa itu terjadi saat Usaid bin Khudair sedang membaca Al Qur’an.
            Lihatlah jawaban dan keterangan nabi Muhammad! Beliau yang berbicara atas nama wahyu langit.
          تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
            “Itu adalah para malaikat yang turut mendengar engkau membaca Al Qur’an. Seandainya engkau terus membaca sampai pagi,pasti orang-orang akan mampu menyaksikan malaikat-malaikat itu. Mereka tidak akan bersembunyi dari manusia”[2]
Subhanallah!
            Malaikat pun turut hadir untuk mendengarkan Al Qur’an.
            Boleh-boleh saja kita bertanya,”Tidakkah hal ini khusus untuk sahabat? Bukankah yang semacam ini hanya ada di zaman nabi? Apa mungkin terjadi pada kita yang hidup di akhir zaman?”.Ya, pertanyaan semacam ini wajar sekali.
            Imam An Nawawi menerangkan bahwa hadits di atas adalah dalil tentang keutamaan membaca Al Qur’an. Qira’atul qur’an juga menjadi sebab turunnya rahmat dan hadirnya para malaikat.
            Hanya saja,apakah bacaan kita seperti bacaan Usaid bin Khudair? Baik keindahan maupun benar tidaknya kita mengucapkan huruf dan ayat-ayat Al Qur’an? Seandainya di dalam membaca Al Qur’an sudah benar dan indah bacaan kita bahkan mampu menghayati dan meresapi setiap maknanya, barangkali kita bisa berharap.
            Namun, sudah benarkah Anda dalam membaca Al Qur’an? Benar-benar indahkah bacaan Anda? Silahkan menjawab sendiri.
            Bisa juga kita mengukur kebenaran iman dari bacaan Al Qur’an. Caranya? Sangat mudah. Mampukah kita merasakan ketenangan dan keteduhan di hati dengan membaca Al Qur’an? Itu saja.
            Allah berfirman,
  الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13:28)
                 Maha benar firman Allah! Tidak setitik pun ada ragu di dalam hati. Dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. Dzikrullah banyak macam dan bentuknya, salah satunya adalah dengan membaca Al Qur’an. Bahkan,membaca Al Qur’an menjadi pilihan terbaik hamba untuk mengingat rabbnya.
            Sedih. Di satu sisi berbahagia.
            Sedih? Melihat kenyataan saudara-saudara kita yang “salah” jalan untuk mencari ketenangan hati. Banyak pilihan memang tapi hanya ketenangan semu. Sementara waktu saja sifatnya. Bukannya memberi ketenangan malah justru menambah kegelisahan.
            Masih ingat dengan cerita seorang pilot yang memakai shabu-shabu? Ternyata itu bukan cerita baru. Para pelatih dan pendidik siswa penerbangan turut mengamini tentang adanya kemungkinan itu terjadi. Sebab, di udara,seorang pilot pesawat memiliki beban dan tekanan tanggung jawab yang berat. Apalagi saat menghadapi cuaca ekstrem. Belum lagi jika memiliki masalah pribadi atau terkait keluarga. Oleh karena itu, secara berkala selalu dilakukan tes urine untuk para pilot pesawat.
            Apa pengakuan dari pilot yang menggunakan shabu-shabu itu? Ingin mencari ketenangan, biar teduh hatinya. Sayang, salah jalan.
            Bukan hanya pilot! Anak-anak muda sampai para pejabat, ada bahkan banyak di antara mereka yang memilih obat-obatan penenang untuk sekadar “terbang”,melupakan masalah. Namun,itukah jalan keluarnya? Tidak! Sekali lagi, mereka salah jalan. Astaghfirullah
            Pernah mendengar aksi bunuh diri? Sering. Ada yang akhirnya “berhasil” melakukan bunuh diri, ada juga yang gagal. Ada yang mengaku sendiri, entah melalui surat yang ditinggalkan atau melalui sms, juga ada yang berdasarkan penuturan teman dan kerabat. Kira-kira hampir semua beralasan ingin mengusir kegalauan,ingin mengakhiri penderitaan. Agar lebih tenang.
            Dusta! Itu bohong belaka. Agama tidak mengajarkan demikian. Agama membimbing dan mengarahkan kita untuk tegar dan tabah di dalam menjalani semua masalah dan problem. Bukan dengan jalan “pintas” menyesatkan ; bunuh diri.
            Untuk mencari ketenangan hati dan keteduhan jiwa serta pikiran,ada jalannya. Ingat-ingatlah Allah! Dekatkan diri kepada Nya! Bacalah firman-firman Nya! Anda pasti akan tenang.
            Di sisi yang lain, ada rasa bahagia.
            Sebab, kini kita sama-sama tahu jika dengan membaca atau mendengarkan bacaan Al Qur’an,hati pasti akan tenang dan jiwa pun tenteram.
            Sekarang, bersiap-siaplah untuk memasuki dan menikmati sebuah ruang yang beralaskan dan berdindingkan ketenangan! Baca dan dengarkanlah Al Qur’an!

[1] Muslim (795)
[2] Hadits Abu Said,Bukhari (5081) Muslim (796)
Source : Salafy or id

Related Post :

0 komentar:

Post a Comment