Friday 1 October 2010

Sebab-Sebab Bertambahnya Iman

Ringkasan poin pembahasan dari rekaman kajian:
“Sebab-Sebab Bertambahnya Iman”
Oleh: Syaikh Abdur Razak bin Muhsin Al-Badar

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إن الإيمان ليخلق في جوف أحدكم كما يخلق الثوب الخلق فاسألوا الله أن يجدد الإيمان في قلوبكم

“Sesungguhnya iman akan hilang dari dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya baju. Maka hendaknya kalian meminta kepada Allah agar Allah memperbaharui iman kalian dalam hati-hati kalian.” (HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, Ath-Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir, dan yang lainnya)




Hadits ini adalah hadits yang agung dalam pembahasan tentang keimanan, yang menjelaskan bahwa iman itu bertambah dan berkurang di dalam hati dan anggota badan mengikutinya.


Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam إن الإيمان ليخلق في جوف أحدكم artinya iman itu akan berkurang dan akan sirna sediki demi sedikit dalam tubuh kalian. Oleh karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam di akhir hadits mengatakan فاسألوا الله أن يجدد الإيمان في قلوبكم, beliau memberi petunjuk kepada kita agar kita selalu memperbaharui iman kita dengan meminta kepada Allah.




Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebutkan dua perkara:
1. Bahwa iman itu akan berkurang sedikit demi sedikit.
2. Bahwa iman itu dapat diperbaharui, dikembangkan atau diperkuat.


Seorang muslim harus mengetahui sebab-sebab yang mengurangi imannya sehingga sirna dari dirinya. Demikian pula iman dapat bertambah. Seorang muslim harus mengetahui sebab-sebab bertambahnya iman sehingga dapat memperkuat imannya.


Perkataan para Salaf tentang iman:
Umar bin Khathab radhiallahu anhu:




هَلُمُّوا نَزْدَدْ إِيمَانًا

“Marilah agar kita dapat menambah keimanan “


Abdullah bin Mas’ud: “




اجلسوا بنا نزدد إيمان
“Marilah duduk bersama kami agar kita dapat menambah keimanan.”




Mu’adz bin Jabal




اجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنْ سَاعَةً
“Marilah duduk bersama kami untuk menambah keimanan selama satu jam.” (HR Bukhari)

Abdullah bin Rawaahah:




كَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ يَأْخُذُ بِيَدِ النَّفَرِ مِنْ أَصْحَابِهِ فَيَقُولُ : تَعَالَوْا نُؤْمِنُ سَاعَةً تَعَالَوْا فَلْنَذْكُرَ اللَّهَ وَنَزْدَدْ إيمَانًا ، تَعَالَوْا نَذْكُرُهُ بِطَاعَتِهِ لَعَلَّهُ يَذْكُرُنَا بِمَغْفِرَتِهِ

“Abdullah ibn Rawaahah biasa menggandeng tangan sahabatnya dan berkata, ‘Marilah kita beriman selama satu jam. Marilah kita berdizikir kepada Allah dan menambah keimanan. Marilah kita berdzikir kepada Allah dengan mentaati-Nya semoga Dia mengingat kita dengan mengampuni kita”




Maksud mereka dengan perkataan ini adalah mengajak untuk berkumpul di majelis ilmu untuk mengingat Allah, majelis yang dapat menambah keimanan. Mengingat tentang kebesaran Allah, mengingat tentang halal dan haram, belajar agama Allah, dan lain-lain akan menambah keimanan seseorang dan menghilangkan sifat lalai dari dirinya.




Abu Darda radhiallahu anhu berkata:




، وَمِنْ فِقْه الْعَبْدِ أَنْ يَعْلَمَ أَيَزْدَادُ هُوَ أَمْ يَنْقصُ .
“Diantara tanda kefakihan seseorang adalah mengetahui imannya bertambah atau berkurang.”




Umair ibn Habib bin Khatmi




حبيب بن خماشة أنه قال : الإيمان يزيد و ينقص
فقيل له : و ما زيادته ؟ و ما نقصانه ؟
قال : إذا ذكرنا الله عزوحل وحمدناه وسبحناه فذلك زيادته و إذا غفلنا و ضيعنا و نسينا فذلك نقصانه

“Iman itu bertambah dan berkurang” Dikatakan kepadanya: “Apa yang manmbahnya dan apa yang menguranginya?” Dia berkata: “Jika kita mengingat Allah dan memuji Allah dan bertasbih kepada Allah itulah bertamahnya keimanan. Dan jika kita lalai dan kita lupa, maka itulah yang mengurangi iman.”




Adapun di antara sebab-sebab bertambahnya iman:
1. Mempelajari ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syariat yang dibangun di atas Al-Qur’an dan Sunnah, bersungguh-sungguh berussaha memahami al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, mempelajari tentang halal dan haram, mempelajari hal-hal yang dapat melembutkan hati seseorang, dan lain-lain. Keutamaan menuntut ilmu terdapat dalam banyak nash, diantaranya hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam:


من يرد الله خيراً يفقهه فى الدين
“Barangsiapa yang Allah menginginkan kebaikan baginya, maka akan dipahamkan akan agamanya.”


مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan menuntut ilmu Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga.”


Diantara ilmu yang paling penting adalah membaca dan mempelajari Al-Qur’an, karena dengan mempelajari al-Qur’an akan sangat besar manfaatnya dalam menambah keimanan seseorang. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah petunjuk, pembawa rahmat, obat bagi hati. Allah berfirman:

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَهُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
“Dan ini (Al Quraan) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quraan) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya. “ (QSAl-An’am : 92)


وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan Al-Quraan itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. “ (QS Al-An’am : 155)


كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. “ (QS Shaadh : 29)

إِنَّ هَذَا الْقُرْآَنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, “ (QS Al-Israa : 9)

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. “ (QS Al-Israa : 82)





Ayat2 ini menunjukkan akan keagungan al-Qur’an sebagai kitab yang membawa petunjuk dan membawa kebaikan. Semakin dekat seseorang dengan al-Qur’an, semakin sering mempelajarinya, memahami dan mengamalkannya akan semakin menambah keimanan seseorang.


Allah menyebutkan sifat-sifat orang Mukmin yang sempurna:


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. “ (QS Al-Anfaal : 2)




Allah memberikan pemisalan akan keagungan Al-Qur’an”


لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quraan ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. “ (QSAl-Hasyr : 21)


2. Berusaha mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala sehingga membuat dia melaksanakan konsekuensi dari nama-nama dan sifat-sifat Allah. Allah berfriman:


إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS Fathir [35] : 28)


Sesungguhnya orang-orang yang berilmu yang merasa takut kepada Allah. Oleh karena itu semakin kenal dan paham seseorang tentang nama-nama Allah dan semakin mengenal akan sifat-sifat-Nya, maka mereka itulah yang senantiasa dekat dan takwa kepada Allah dan semakin tinggi keimanannya kepada Allah. Adapun orang yang tidak mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah, maka akan semakin jauh dia dari Allah dan semakin lemah keimanannya terhadap Allah.


Sebagai contoh jika seorang hamba mengetahui bahwa Allah adalah Esa dalam memberikan kemanfaatan dan kemudharatan. Demikian juga masalah memberi rizki, menghidupkan dan mematikan. Dengan mengetahui ini seseorang akan bertawakkal kepada Allah.


Jika seseorang mengetahui bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat, dan Maha Mengetahui, tidak ada sesuatu sekecil apapun di langit dan di bumi yang luput dari Allah, Allah mengetahui khianatnya pandangan mata, Allah mengetahui apa yang terdapat di dalam hati manusia, maka seseorang akan menjaga pandangannya, menjaga perkataan lisannya, dan menjaga gerak-gerik hatinya, karena semua itu tidak satu pun yang luput dari ilmu Allah. Semua perbuatan yang dilakukan sesuai degan yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Maka dia akan berusaha seluruh anggota tubuhnya agar sesuai dengan apa yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.


Demikian juga jika seorang hamba mengetahui bahwa Allah Maha Kaya, Maha Baik, Maha Penyayang, maka hal ini akan menumbuhkan pengharapan yang besar kepada dirinya. Hal ini akan mendorongnya untuk semakin memperbanyak ibadah karena besarnya pengharapannya.


Demikian juga jika seorang hamba mengetahui bahwa Allah Maha Sempurna, Maha Indah, maka hal ini akan menimbulkan kerinduan untuk bertemu dengan Rabb-nya, maka hal ini akan menumbuhkan banyak peribadan dalam dirinya.


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh semiblan nama. Barangsiapa yang menghitungnya maka akan masuk surga.” (HR Bukhari Muslim)


Yang diaksud dengan menghitung adalah menghitung, menghafalkan dan memahami kandungan nama-nama tersebut dan berusaha mengamalkan konsekuensinya.


3. Memperhatikan dan mempelajari sirah Nabawiyah dan faidah-faidah yang diambil dari sirah Nabi shallallahu alaihi wasallam. Sesungguhnya Nabi adalah manusia pilihan yang diutus Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan agama yang sempurna dan jalan yang lurus, sebagai rahmat bagi alam semesta, pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa dan hujjah bagi seluruh mahluk.


Dengan sebab beliau Allah memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus. Allah mewajbikan para hamba-Nya untuk taat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, menolongnya, mencintainya, mencitani keluarganya. Bahkan Allah telah menutup pintu-pintu surga, kecuali satu jalan yang ditempuh oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam.


Tidak ada jalan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat kecuali dengan mengikuti jalan Nabi shallallahu alaihi wasallam.


Yang dimaksud di sini bukan sekedar membaca sirah Nabi shallallahu alaihi wasallam yang dapat menambah keimanan. Akan tetapi yang dimaksud adalah membacanya, mengambil teladan pelajaran dari perjalanan hidup beliau, akhlak dan adab beliau shallallahu alaihi wasallam dan berusaha mempraktekkannya.


4. Hendaknya seseorang merenungkan keindahan agama Islam. Sesungguhnya agama islam seluruhnya indah, aqidah Islam adalah aqidah yang paling benar, Aklah islam adalah akhlak yang paling mulia. Demikian pula amalan ibadah, Hukum-hukum islam adalah hukum-hukum yang paling adil. Maka Allah akan menghiasai dirinya dengan iman dan menjadikannya dia semakin cinta kepada keimanan. Allah berfirman mengenai karunia-Nya kepada hamba-hamba pilihanNya yaitu para Sahabat:


وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ
“tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu.” (QS Al-Hujarat [49] : 7)




Jika seseorang mengetahui keindahan syariat Islam, keimanan kepada Islam menjadi sesuatu yang dia cintai di dalam dirinya. Dengan demikian akan merasakan manisnya keimanan dalam dirinya.


5. Membaca sejarah para salafus shalih, para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tai’it, orang-orang terbaik dari umat Islam, para pembela Islam yang kaum Muslimin mendapatkan petunjuk melalui jalan mereka. Allah telah memuji para Sahabat di dalam Al-Qur’an:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ



“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia...” (QS Al-Imran [3] : 110)


Pada sahabat adalah manusia pilihan dari umat manusia, maka mempelajari bagaimana sirah mereka, akhlak mereka, perjuangan mereka dalam membela Islam juga dapat menambah keimanan.


Nabi shallallahu alaihi wasalalm bersabda:

خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umat adalah generasi yang aku diutus di dalamnya, kemudian setelahnya.” (HR Muslim)


Maka barangsiapa yang menmperhatikan sejarah mereka, maka dia akan mengetahui kebaikan-kebaikan mereka, teladan mereka terhadap Rasulullah, perhatian mereka terhadap keimanan, ketakutan mereka terhadap dosa dan maksiat, keseriusan mereka menjauhkan diri dari riya dan kemunafikan, bagaimana semangat mereka untuk taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan berlomba-lombanya dalam melakukan kebaikan. Jika seseorang melihat kondisi mereka yang demikian, maka dia akan berusaha meneladani mereka dengan sebaik-baiknya, maka akan bertambah keimanan sebagaimana bertambahnya keimanan mereka.


6. Memperhatikan kebesaran Allah di alam semesta.
Salah satu sebab yang mudah untuk menambah keimanan seseorang adalah memperhatikan dan merenungkan kebesaran Allah yang terdapat di alam semesta. Allah berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (QS Al-Iraan [3] : 190)




Dan dalam ayat yang lain Allah berfirman:

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.” (QS Al-Ghasyiyah [88] : 17-20)


Ayat-ayat ini dan yang semisalnya mengingatkan kita untuk hendaknya memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah untuk menambah keimanan kita.

7. Hendaknya seorang muslim bersungguh-sungguh untuk beramal shalih dengan niat ikhlas kepada Allah Ta’ala dan melakukannya secara berkesinambungan. Karena sesungguhnya setiap amal yang disyariatkan oleh Allah subhanahu wa ta’alam jika dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah akan menambah keimanan. Keimanan bertambah seiring dengan bertambahnya ketaatan, dan semakin banyak ibadah akan semakin menambah keimanan seseorang.

Di antara perkara yang bisa menambah keimanan seseorang yaitu berusaha untuk senantiasa bersahabat dengan orang-orang yang shalh, yang bisa mengingatkannya kepada akhirat, bisa membuatnya tidak lalai dari mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Berusaha untuk senantiasa beramar ma’ruf dan nahi mungkar, dan selalu berusaha untuk menjalankan sebab-sebab yang akan mendatangkan bertambahnya iman ke dalam dirinya, dan menjauhkan dirinya dari sebab-sebab yang dapat mengurangi keimanannya.

Silahkan dengan kajian penuh berkah selengkapnya dari Syaikh Abdur Razak bin Muhsin al-Badar dari link berikut. (Sumber Radio Rodja)

Related Post :

0 komentar:

Post a Comment